11 Mei 2020

Mentafsir dan Mentadabbur A Qur'an

( Debby Nasution, Rahimahullaah )

Nabi saw bersabda:
‎أَبْشِرُوْا فَإِنَّ هَذَا الْقُرْأنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللَّهِ وَ طَرْفُهُ بِأَيْدِكُمْ. فَتَمَسَّكُ بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُ وَ نْتَضِلُّ بَعْدَهُ أَبَدًا
"Absyirû Fa Inna Hadzal-Qur-ana Tharfuhu Biyadillâhi Wa Tharfuhu Bi Aidikum. FaTamassaku Bihi Fa Innakum Lan Tahliku Wan Tadhillu Ba'dahu Abadan".
Artinya :
”Bergembiralah kalian, karena Al-Qur’-ân ini ujungnya di tangan Allâh, dan ujung yang satu di tangan kalian. Berpegang teguhlah dengan-nya, karena kalian tidak akan binasa dan tidak akan sesat setelah berpegang teguh dengan-nya”.
(HR Thabrâni)

Ada 3 kesimpulan penting dari hadits yang luar-biasa ini :
1. Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân, karena ia merupakan satu-satunya tali penghubung dengan Allâh.
2. Perintah untuk berpegang teguh dengan-nya (Al-Qur’-ân), bagaimana caranya ? Insya Allâh akan kita bahas.
3. Jaminan dari Nabi saw, bahwa siapa-pun yang berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân tidak akan binasa dan tidak akan tersesat selamanya.

Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân menunjukkan bahwa Al-Qur’-ân merupakan anugerah Allâh yang luar-biasa bagi manusia, sebagaimana disebutkan dalam surah Yunus (10) ayat 57 :
‎يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
”Ya Ayyuhan-Nâsu Qad Jâ-at Kum Mau'izhatun Min Rabbikum Wa Syifâ-un Limâ Fish-Shudûr Wa Hudan Wa Rahmatun Lil-Mu'minîn”.
Artinya :
”Wahai manusia, sungguh telah datang pelajaran (Al-Qur’-ân) dari Rabb kalian, dan obat bagi apa saja (penyakit) di dalam hati, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mu'min”.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’-ân adalah : Pelajaran yang sangat berharga yang datang dari Allâh dan amat dibutuhkan oleh manusia, dan juga obat mujarab bagi seluruh penyakit batin, serta pedoman hidup dan rahmat Allâh bagi orang-orang mu'min.

Pada Surat Yunus (10) ayat 58 Allâh berfirman :
‎قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
”Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”. Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”.
Artinya :
"Katakanlah (Muhamad) : Dengan karunia Allâh dan rahmat-Nya (yaitu Al-Qur’-ân), hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu (yaitu Al-Qur’-ân) lebih baik dari apa saja (harta) yang mereka kumpulkan”.

Sehubungan dengan inilah Nabi saw bersabda :
أَلْقُرْأَنُ غِنًا وَ لاَ غِنًا دُوْنَهُ وَ لاَ فَقْرًا بَعْدَهُ
”Al-Qur’-ânu Ghinan Wa La Ghinan Dunahu Wa La Faqra Ba'dahu”.
Artinya :
"Al-Qur’-ân itu adalah kekayaan, tidak ada kekayaan selain Al-Qur’-ân dan tidak ada kefaqiran setelahnya”.
(HR Thabrâni).

Hadits ini menegaskan bahwa tidak ada kekayaan yang bisa menandingi Al-Qur’-ân dan bagi orang yang telah memiliki pemahaman Al-Qur’-ân tidak akan tertekan oleh kebutuhan lain.


Berpegang Teguh Pada Al-Qurân

(Bagaimana Maksudnya.?)

Nabi saw memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân dalam sabdanya :
فَتَمَسَّكُ بِهِ
”Fa Tamassaku Bihi”.
Artinya :
"Maka berpegang teguhlah kalian dengan-nya (Al-Qur’-ân)”.

Bagaimana caranya ? Menurut para ulama, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân :

Pertama : Tafsir.
Makna Tafsir ialah: Menyingkap(Al-Kasyfu), Keterangan yang jelas (Al-Bayanu), Penjelasan (Al-Idhahu) dan Informasi yang luas (Asy-Syarhu).

Sa'id bin Jubair (seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’în) pernah berkata :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْأَنَ ثُمَّ لَمْ يُفَسِّرْهُ فَ هُوَ كَلْأَعْمَ أَوْ كَلْأَءْرَبِ
”Man Qara-al-Qur’-âna Tsumma Lam Yufassirhu Kal-A'ma aw Kal-A'rabiy”.
Artinya :
”Siapa-saja yang membaca Al-Qur’-ân namun ia tidak menafsirkannya, maka ia seperti orang buta atau orang pedalaman (badui)”

Makna Tafsir ialah :
1. Al-Kasyfu (Menyingkap)
2. Al-Bayanu (Keterangan yang jelas)
3. Al-Idhahu (Penjelasan yang mendalam)
4. Asy-Syarhu (Penjelasan yang luas).

Adapun dasar ilmu tafsir ialah :
- Penafsiran ayat dengan bahasa (yaitu bahasa 'Arab),
- Penafsiran ayat dengan sunnah (hadits yang shahih),
- Penafsiran ayat dengan ayat, dan
- Penafsiran ayat berdasarkan asbabun-nuzul (sejarah atau historis turunnya ayat).

Jadi hanya dengan Tafsir atau mempelajari tafsir Al-Qur’-ân kita dapat memahami kandungan Al-Qur’-ân. Dan ini merupakan langkah awal untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

Adapun langkah berikutnya adalah "Tadabbur" yang arti singkatnya : "Menghayati", dan Insyâ Allâh akan kita bahas secara rinci.

Adapun makna Tadabbur Al-Qur’-ân menurut para 'ulama ialah :

تَفَهُّمُ مَعْنَ أَلْفَزِهِ وَ تَفَكُّرُ فِي مَا تَدُلُّ عَلَيْهِ مِنَ الإِشَرَةِ وَ التَّنْبِهَتْ
”Tafahhumu Ma'na Alfazhihi Wa Tafakkuru Fi Ma Tadullu 'Alaihi Minal-Isyarat Wat-Tanbihat”.
Artinya :
”Memahami makna kata demi kata/lafazh-lafazh dari ayat-ayatnya dan merenungkan apa saja yang ditunjukkan olehnya (ayat), baik berupa isyarat maupun peringatan”.

Inilah tahap kedua dalam pelaksanaan berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

sumber: WAG ASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar