11 Mei 2020

Mentafsir dan Mentadabbur A Qur'an

( Debby Nasution, Rahimahullaah )

Nabi saw bersabda:
‎أَبْشِرُوْا فَإِنَّ هَذَا الْقُرْأنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللَّهِ وَ طَرْفُهُ بِأَيْدِكُمْ. فَتَمَسَّكُ بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُ وَ نْتَضِلُّ بَعْدَهُ أَبَدًا
"Absyirû Fa Inna Hadzal-Qur-ana Tharfuhu Biyadillâhi Wa Tharfuhu Bi Aidikum. FaTamassaku Bihi Fa Innakum Lan Tahliku Wan Tadhillu Ba'dahu Abadan".
Artinya :
”Bergembiralah kalian, karena Al-Qur’-ân ini ujungnya di tangan Allâh, dan ujung yang satu di tangan kalian. Berpegang teguhlah dengan-nya, karena kalian tidak akan binasa dan tidak akan sesat setelah berpegang teguh dengan-nya”.
(HR Thabrâni)

Ada 3 kesimpulan penting dari hadits yang luar-biasa ini :
1. Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân, karena ia merupakan satu-satunya tali penghubung dengan Allâh.
2. Perintah untuk berpegang teguh dengan-nya (Al-Qur’-ân), bagaimana caranya ? Insya Allâh akan kita bahas.
3. Jaminan dari Nabi saw, bahwa siapa-pun yang berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân tidak akan binasa dan tidak akan tersesat selamanya.

Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân menunjukkan bahwa Al-Qur’-ân merupakan anugerah Allâh yang luar-biasa bagi manusia, sebagaimana disebutkan dalam surah Yunus (10) ayat 57 :
‎يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
”Ya Ayyuhan-Nâsu Qad Jâ-at Kum Mau'izhatun Min Rabbikum Wa Syifâ-un Limâ Fish-Shudûr Wa Hudan Wa Rahmatun Lil-Mu'minîn”.
Artinya :
”Wahai manusia, sungguh telah datang pelajaran (Al-Qur’-ân) dari Rabb kalian, dan obat bagi apa saja (penyakit) di dalam hati, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mu'min”.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’-ân adalah : Pelajaran yang sangat berharga yang datang dari Allâh dan amat dibutuhkan oleh manusia, dan juga obat mujarab bagi seluruh penyakit batin, serta pedoman hidup dan rahmat Allâh bagi orang-orang mu'min.

Pada Surat Yunus (10) ayat 58 Allâh berfirman :
‎قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
”Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”. Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”.
Artinya :
"Katakanlah (Muhamad) : Dengan karunia Allâh dan rahmat-Nya (yaitu Al-Qur’-ân), hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu (yaitu Al-Qur’-ân) lebih baik dari apa saja (harta) yang mereka kumpulkan”.

Sehubungan dengan inilah Nabi saw bersabda :
أَلْقُرْأَنُ غِنًا وَ لاَ غِنًا دُوْنَهُ وَ لاَ فَقْرًا بَعْدَهُ
”Al-Qur’-ânu Ghinan Wa La Ghinan Dunahu Wa La Faqra Ba'dahu”.
Artinya :
"Al-Qur’-ân itu adalah kekayaan, tidak ada kekayaan selain Al-Qur’-ân dan tidak ada kefaqiran setelahnya”.
(HR Thabrâni).

Hadits ini menegaskan bahwa tidak ada kekayaan yang bisa menandingi Al-Qur’-ân dan bagi orang yang telah memiliki pemahaman Al-Qur’-ân tidak akan tertekan oleh kebutuhan lain.


Berpegang Teguh Pada Al-Qurân

(Bagaimana Maksudnya.?)

Nabi saw memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân dalam sabdanya :
فَتَمَسَّكُ بِهِ
”Fa Tamassaku Bihi”.
Artinya :
"Maka berpegang teguhlah kalian dengan-nya (Al-Qur’-ân)”.

Bagaimana caranya ? Menurut para ulama, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân :

Pertama : Tafsir.
Makna Tafsir ialah: Menyingkap(Al-Kasyfu), Keterangan yang jelas (Al-Bayanu), Penjelasan (Al-Idhahu) dan Informasi yang luas (Asy-Syarhu).

Sa'id bin Jubair (seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’în) pernah berkata :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْأَنَ ثُمَّ لَمْ يُفَسِّرْهُ فَ هُوَ كَلْأَعْمَ أَوْ كَلْأَءْرَبِ
”Man Qara-al-Qur’-âna Tsumma Lam Yufassirhu Kal-A'ma aw Kal-A'rabiy”.
Artinya :
”Siapa-saja yang membaca Al-Qur’-ân namun ia tidak menafsirkannya, maka ia seperti orang buta atau orang pedalaman (badui)”

Makna Tafsir ialah :
1. Al-Kasyfu (Menyingkap)
2. Al-Bayanu (Keterangan yang jelas)
3. Al-Idhahu (Penjelasan yang mendalam)
4. Asy-Syarhu (Penjelasan yang luas).

Adapun dasar ilmu tafsir ialah :
- Penafsiran ayat dengan bahasa (yaitu bahasa 'Arab),
- Penafsiran ayat dengan sunnah (hadits yang shahih),
- Penafsiran ayat dengan ayat, dan
- Penafsiran ayat berdasarkan asbabun-nuzul (sejarah atau historis turunnya ayat).

Jadi hanya dengan Tafsir atau mempelajari tafsir Al-Qur’-ân kita dapat memahami kandungan Al-Qur’-ân. Dan ini merupakan langkah awal untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

Adapun langkah berikutnya adalah "Tadabbur" yang arti singkatnya : "Menghayati", dan Insyâ Allâh akan kita bahas secara rinci.

Adapun makna Tadabbur Al-Qur’-ân menurut para 'ulama ialah :

تَفَهُّمُ مَعْنَ أَلْفَزِهِ وَ تَفَكُّرُ فِي مَا تَدُلُّ عَلَيْهِ مِنَ الإِشَرَةِ وَ التَّنْبِهَتْ
”Tafahhumu Ma'na Alfazhihi Wa Tafakkuru Fi Ma Tadullu 'Alaihi Minal-Isyarat Wat-Tanbihat”.
Artinya :
”Memahami makna kata demi kata/lafazh-lafazh dari ayat-ayatnya dan merenungkan apa saja yang ditunjukkan olehnya (ayat), baik berupa isyarat maupun peringatan”.

Inilah tahap kedua dalam pelaksanaan berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

sumber: WAG ASA

06 Mei 2020

Kajian RAMADHAN: Tingkatan Shaum

Kajian RAMADHAN
(Debby Nasution)

"Laisash-shiyâmu minal akli wasy-syarabi,Innamash-shiyâmu Minal-laghwi war-rafatsi"
Artinya ;"Shiyam (puasa) itu bukan -- sekedar menahan -- makan dan minum ; tetapi Shiyam adalah menahan -- diri -- dari perbuatan (kelakuan) yang sia-sia dan ucapan kotor (H.R. Al-Hakim dan Al-Baihaqî).

Inilah makna hakiki dari Shiyam yang sangat sesuai dengan maknanya secara etimologi.

Dari makna yang hakiki inilah para 'Ulama membagi Shiyam -- pada tatanan aplikasinya -- menjadi 3 (tiga) tingkatan.

1. Tingkat pertama ;
Shaumul - Awwâm .
Artinya : shaumnya orang awam ;
yang pelaksanaan shaumnya hanya dilandasi oleh pengertian sekedar menahan makan & minum.
Artinya, mereka memahami makna shaum adalah (cukup) sekedar  menahan lapar & haus.
Sebuah pemahaman yang sangat dangkal sekali.

Imam Al-Ghazali mengatakan inilah Shaum yang tidak memberikan hasil, tidak ada peningkatan Iman dan Taqwa Bagi pelakunya, sebagaimana Sabda Nabi Shallallâhu 'alayhi wa sallam: " Kam Min Shâim, wa Laisa lahu illal-'Athasy wal-juu' "
Artinya ; " Banyak orang yang melakukan Shaum, tapi tidak ada hasil apa2  kecuali -- hanya -- haus dan lapar saja".
Inilah Shaumul-'Awwaam. 

2. Tingkat kedua :
صوم الخواص
Shaumul-Khawaash
artinya: Puasa orang2 yang istimewa, yaitu puasa yang dilaksanakan dengan pengertian menahan diri dari makan dan minum dan dibarengi dengan melakukan kontrol yg ketat terhadap omongan dan kelakuan agar tdk terjerumus kepada omongan dan kelakuan yg diharamkan oleh agama.

Puasa pada tingkatan inilah yang dapat mencapai target, yaitu: Taqwa.

3. Tingkat ketiga :
صوم الخواص الخواص
Shaumul-Khawaashil-Khawaash , artinya : Puasa nya orang2 yang sangat istimewa, yaitu puasa yang  tidak terbatas pada menahan lapar dan haus serta melakukan kontrol ketat terhadap omongan dan kelakuan, tapi masih ditambah lagi dengan menahan hati untuk tetap berdzikir kepada Allâh, tidak memberi ruang bagi masalah2 dunia.
Inilah puncak tertinggi dalam pelaksanaan Shaum..

01 Mei 2020

Sirah Nabi Bag 160: Rasulullah ﷺ Nabi Terakhir


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Rasulullah ﷺ Nabi Terakhir

Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang tedapat pada Taurat mengenai soal aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut paut dengan hukum ada sedikit perubahan yaitu kelonggaran dari yang dahulu.

Kepercayaan dan aqidah yang dibawa oleh seorang Nabi berfungsi menguatkan dan mendukung aqidah para nabi yang terdahulu.
Sedangkan syari'at fungsinya membatalkan dan mengganti syari'at para nabi sebelumnya dan kadang kalanya mendukung yang lama.
Karenanya agama dan aqidah Ilahi hanya satu, sebaliknya ada berbagai syari'at Ilahi yang kemudian menggantikan syari'at yang dahulu (yang baru membatalkan yang lama), dengan syari'at terakhir yang diakhiri oleh Nabi yang terakhir.

'Aqidah dan agama yang benar itu hanya satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutus mulai dari Adam عليه السلم hingga ke Nabi Muhammad ﷺ semuanya menyeru manusia kepada agama yang satu yaitu agama Islam.
Karena Islam, maka diutus Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub عليه السلم seperti firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ اِبۡرٰہٖمَ اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ

"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh."
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:130}

اِذۡ قَالَ لَہٗ رَبُّہٗۤ اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ

"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:131}

وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ؕ

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:132}

Dengan aqidah inilah juga Allah ﷻ mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di mana Allah ﷻ telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ ۚ

"Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali."
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:125}

وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا ؕ رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ ٪

"Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (kepada-Mu)".
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:126}

Dengan aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, Tuhan telah menceritakan tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰهِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:52}

اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:19}

Dan tegas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  dalam surah Syura :

شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu"
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}

وَ مَا تَفَرَّقُوۡۤا اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ لَوۡ لَا کَلِمَۃٌ سَبَقَتۡ مِنۡ رَّبِّکَ اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی لَّقُضِیَ بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اُوۡرِثُوا الۡکِتٰبَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ مُرِیۡبٍ

"Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu."
{Asy-Syura (الشورى) / 42:14}

Para nabi diutus bersama-sama mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab mengetahui bahwa agama itu satu dan diutus nabi-nabi untuk  memberi dukungan kepada nabi-nabi yang terdahulu.

         Bersambung.

Sirah Nabi Bag 159: Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir

Telah timbul selisih pendapat di antara para sahabat sebelum mengafani, mengenai siapa yang akan ditunjuk menjadi khalifah. Pembahasan dan perdebatan terjadi di antara kaum Muhajirin dan Anshor di halaman rumah Bani Sa'adah, yang akhirnya mereka semua setuju melantik Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah. Pembahasan dan perdebatan ini memakan waktu hingga petang di hari Senin, bahkan sampai masuk ke malam berikutnya, menyebabkan semua orang sibuk.
Pemakaman tubuh Rasulullah tertunda hingga ke malam Selasa bahkan hingga menjelang subuh hari berikut,  tubuh Rasulullah yang penuh berkah itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Rasulullah menutup pintu rumahnya.
Pada hari Selasa barulah tubuh Rasulullah ﷺ dimandikan, tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Rasulullah adalah Abbas, Ali, Fadhl dan Qatham (anak Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khawli.

Abbas, Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah, Usamah dan Syaqran menyiramkan air, Ali menggosoknya sedang Aus menyandarkan Rasulullah ke dadanya.
Kemudian mereka semua mengafani tubuh Rasulullah ﷺ dengan tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Yaman, tidak berbaju atau berserban. Pengafanannya dilakukan dengan cermat dan hemat.

Terjadi perbedaan pendapat lagi mengenai tempat pemakaman jenazah Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar berdiri dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah ﷺ pernah berkata: Tidak dimatikan - nabi kecuali di tempat itulah ia disemayamkan".
Karena itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah ﷺ dan menggalinya untuk liang lahad sebagai tempat penguburan.
Sebelum penggalian, kaum muslimin datang masuk membanjiri ke kamar Rasulullah ﷺ dengan bergantian sepuluh, sepuluh, untuk menunaikan sholat jenazah, masing-masing tanpa imam. Sebelumnya, keluarga Rasulullah telah menyolati almarhum, kemudian Muhajirin lalu diikuti oleh Anshor.

Kaum wanita sholat setelah kaum lelaki selesai, dan diakhiri oleh remaja dan anak-anak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari penuh, bahkan hingga ke malam Rabu.
Kata Aisyah: "Kami tidak menyadari akan pemakamannya, kecuali setelah kami mendengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.


Muhammad ﷺ Nabi Yang Terakhir

Nabi Muhammad ﷺ adalah Nabi yang ter-akhir dan tidak akan ada Nabi setelahnya. Ini adalah kesepakatanumat Islam (ijma'). Di dalam agama pun merupakan hal harus dipercayai ('Aqidah).
Hadits Nabi:

"Aku dan Para nabi sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibangun oleh seorang laki-laki. Lalu ia memeliharanya dengan baik dan terus disempurnakan kecuali tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang banyak datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan sepotong batu-bata di tempat yang kosong itu, maka akulah batu-bata itu dan akulah yang paling akhir dari segala Nabi".

Ada kesinambungan dakwah Nabi Muhammad ﷺ dengan dakwah para Para nabi sebelumnya, Muhammad sebagai nabi terakhir melengkapi dakwah yang dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya, sebagaimana Hadits di atas. Ini jelas sekali bila melihat dakwah para nabi.

Semua Para nabi menyandarkan dua asas penting ini:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Hukum dan akhlaq.

Dari segi aqidah kepercayaan tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam sampai ke zaman Nabi Muhammad ﷺ, Nabi yang terakhir, yaitu
kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dan percaya akan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka.

Setiap Nabi menyeru kaumnya pada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga membantu dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu.
Seluruh rangkaian utusan para nabi, semuanya menunjukkan kepada kita bahwa semua nabi di utus agar menyeru manusia kepada keimanan dengan Allah عز وجل Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam kitabnya:

شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ وَ مَا وَصَّیۡنَا بِہٖۤ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی وَ عِیۡسٰۤی اَنۡ اَقِیۡمُوا الدِّیۡنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوۡا فِیۡہِ ؕ کَبُرَ عَلَی الۡمُشۡرِکِیۡنَ مَا تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَیۡہِ ؕ اَللّٰہُ یَجۡتَبِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ وَ یَہۡدِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یُّنِیۡبُ

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}

Sehingga tergambar kepada kita bahwa para nabi itu tidak akan menyampaikan aqidah yang berlainan di antara satu dengan yang lain. Karena soal aqidah adalah soal wahyu.
Hukum (ahkam) bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. serta berguna bagi manusia. untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Utusan Allah yang terdahulu hanya diperuntukkan kaumnya saja, bukan utusan untuk seluruh manusia.
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa lebih sederhana dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam kitab Alquran:

وَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ لِاُحِلَّ لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ حُرِّمَ عَلَیۡکُمۡ وَ جِئۡتُکُمۡ بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ ۟ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوۡنِ

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
{Ali 'Imran: 3: 50}

Bersambung

Sirah nabi Bag 158: Nazak (sakaratul maut) سكرة الموت


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Nazak (sakaratul maut) سكرة الموت

Saat nazak mendatangi Rasulullah ﷺ,  Aisyah membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar di dadanya. Hal ini dia  ceritakan olehnya:

"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat  Rasulullah meninggal di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur  Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.

Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah bersandar, kulihat Rasulullah memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah suka akan siwak (sugi) tersebut.
Maka aku bertanya :

"Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?"

Rasulullah pun mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras dan aku berkata:

"Biarkan aku melunakkannya?"

Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah pun bersugi dengannya".

Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersugi dengan sepuas-puasnya, pada waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ memasukkan tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata :

"Sebenarnya kematian ini ada sakaratnya"
- hadits -.

Tidak berapa lama setelah Rasulullah ﷺ selesai menyugi giginya, Rasulullah ﷺ pun mengangkat tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ﷺ seperti berikut:

"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku, letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
"
Rasulullah ﷺ mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah ﷺ pun layu turun ke bawah, maka Rasulullah ﷺ pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.

  انا لله وانا اليه راجعون

inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali".
(Q.S. Al-Baqarah : 156)

Peristiwa meninggalnya Rasulullah ﷺ ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik, pada hari Senin dua belas (12) Rabi'ul Awwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia Rasulullah ﷺ genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.

Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat

Kini berita meninggalnya Rasulullah ﷺ yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram
menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:

"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah ﷺ ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari meninggal Rasulullah ﷺ".

Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ puteri Rasulullah, Fatimah رضي الله عنها telah mengucapkan suatu ungkapan :

"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"


Sikap Umar

Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa dia telah mengigau dengan berkata:

"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.


Pendirian Abu Bakar

Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah ﷺ yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah ﷺ sambil menangis dan berkata:

"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".

Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata:

"Wahai Umar silakan duduk"

Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:

"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".

Kemudian dia membaca ayat Allah ﷻ :

وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ الرُّسُلُ ؕ اَفَا۠ئِنۡ مَّاتَ اَوۡ قُتِلَ انۡقَلَبۡتُمۡ عَلٰۤی اَعۡقَابِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّنۡقَلِبۡ عَلٰی عَقِبَیۡہِ فَلَنۡ یَّضُرَّ اللّٰہَ شَیۡئًا ؕ وَ سَیَجۡزِی اللّٰه الشّٰکِرِیۡنَ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:144}

Kata Ibn Abas:

"Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang banyak pun menerima dan membacanya."

Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:

"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".

Bersambung

Sirah Nabi Bag 157: Sebelum Meninggal


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Sebelum Meninggal

Di hari Khamis yaitu empat hari sebelum meninggal, sakit Rasulullah semakin berat, Rasulullah ﷺ meminta:

"Tolong bawa ke mari alat tulis, aku akan menulis untukmu wasiat, dengan wasiat itu kamu tidak akan sesat setelah itu".

Di dalam rumah ketika itu ada beberapa sahabat di antara mereka adalah Umar Ibn Khattab, dan dia berkata :

"Kini Rasulullah mengalami kesakitan yang dahsyat, bukankah sudah ada Alquran, sudah cukup dengan kita kitab Allah itu".

Ahli keluarga Rasulullah ﷺ berselisih pendapat, di antara mereka mengatakan :

"Ayo berikan sesuatu untuk Rasulullah tulis".

Dan di antara mereka ada juga mengatakan sebagaimana pendapat Umar. Hingga terjadi silang pendapat di antara mereka, kemudian Rasulullah ﷺ berkata:

"Ayo! Kamu semua keluar dari sini".

Di hari itu Rasulullah ﷺ membuat tiga wasiat yaitu:

~ Rasulullah ﷺ berpesan agar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin di keluarkan dari Semenanjung Tanah Arab, selanjutnya

~ Rasulullah ﷺ berpesan agar membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Rasulullah ﷺ lakukan.

~ Adapun wasiat yang ketiga agar berpegang dengan kitab Allah ﷻ dan sunnah Rasulullah ﷺ,  meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah,  dan perintah untuk sholat dan membuat hubungan baik dengan sesama umat.

Walaupun nabi ﷺ dalam keadaan sakit namun Rasulullah ﷺ kemudian sholat, menjadi imam sholat berjamaah, Di hari itu Rasulullah ﷺ sholat maghrib dengan membaca surah "Mursalat".

Ketika waktu sholat Isya' sakit Rasulullah ﷺ bertambah berat, menyebabkan Rasulullah ﷺ tidak berdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah:

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Apakah orang-orang sudah sholat?".

Kata kami:

"Tidak wahai Rasulullah, mereka semua sedang menunggu paduka".

Kata Rasulullah lagi :

"Sediakan air di dalam panci itu".

Kami pun melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah, dengan air itu Rasulullah pun bersuci, dan berdiri namun Rasulullah kemudian setengah pingsan kemudian masih bertanya pula:

"Apakah orang-orang sudah sholat."

Kejadian pingsan ini berulang kali terjadi seperti yang pertama yaitu setelah Rasulullah bersuci, akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengimami sholat orang banyak.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah Rasulullah ﷺ mengimami orang banyak untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu sholat, ketika Rasulullah masih hidup.

Aisyah telah meminta Rasulullah ﷺ memberikan petunjuknya, agar imam masjid bisa dilakukan orang lain, agar orang banyak tidak mempunyai anggapan tidak baik, namun Rasulullah ﷺ tetap menolak dan berkata:
"Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusuf, banyak berdalih, ayo suruh Abu Bakar sholat menjadi imam."


Sehari Sebelum Wafat

Di hari Ahad nabi ﷺ merasa dirinya ringan sedikit, kemudian Rasulullah ﷺ keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam, terlihat Rasulullah ﷺ mundur ke belakang, tetapi Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar dia jangan mundur, Rasulullah ﷺ menyuruh dua orang yang membantu Rasulullah ﷺ agar mendudukkan Rasulullah ﷺ sebelah Abu Bakar, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah ﷺ di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah ﷺ di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada para jamaah.

Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah ﷺ memerdekakan semua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah ﷺ miliki pada saat itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah ﷺ tergadai pada seorang Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.


Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah ﷺ

Anas bin Malik meriwayatkan:

Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah ﷺ dari sebelah tabir kamar Aisyah Rasulullah ﷺ melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di belakang, karena dia menyangka Rasulullah ﷺ akan keluar sholat.

Kata Anas lagi:

Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah ﷺ, namun Rasulullah ﷺ memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu Rasulullah ﷺ melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah ﷺ tidak memiliki kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.

Ketika siang semakin cerah Rasulullah ﷺ menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya,  yang menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah ﷺ memanggil Fatimah lagi dan membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum,
kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?.
Jawab Fatimah:

"Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah membisikkan bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang menyebabkan aku tersenyum".

Selain itu Rasulullah ﷺ juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia adalah Nisa' 'Alamin (Penghulu Wanita Dunia).
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah ﷺ terlalu berat. Dia berkata:

"Alangkah berat cobaan bapak".

Jawab Rasulullah ﷺ:

"Tidak ada cobaan lagi untuk bapakmu setelah hari ini".

Di saat ini Rasulullah ﷺ memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah ﷺ mencium keduanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah ﷺ menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.

Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah ﷺ sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah ﷺ berkata:

"Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun".

Rasulullah ﷺ mewasiatkan orang banyak dengan sabda beliau ﷺ :

"Sholat, sholat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu".

Rasulullah ﷺ mengulangi ungkapan ini berkali-kali.

Bersambung