26 April 2020

Sirah Nabi Bag 150: Si Nabi Palsu

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Si Nabi Palsu 

Nama boleh ditiru, sebutan mungkinlah disamakan, tapi hakikat tetaplah berbeda. Kata orang, “Anda bisa meniru segala yang Anda inginkan, tapi Anda tidak akan pernah menjadi saya”. Kiranya itulah ungkapan yang layak diberikan kepada mereka para peniru dan yang suka mengaku-ngaku.

Mengaku-ngaku dan klaim dalam materi dunia tentu sudah tidak baik dan bukanlah kebiasaan orang-orang terpuji. Bagaimana pula kiranya mengklaim dalam permasalahan menerima wahyu ilahi. Sebagaimana dilakukan oleh Musailamah al-Kadzab. Putra bani Hanifah ini mengaku sebagai Nabi.

Siapakah Musailamah?

Sejarawan berbeda pendapat tentang namanya. Ada yang mengatakan ia adalah Musailamah bin Hubaib al-Hanafi. Yang lain mengatakan Musailamah bin Tsamamah bin Katsir bin Hubaib al-Hanafi. Ada yang mengatakan kun-yahnya adalah Abu Tsamamah. Ada pula yang menyebutnya Abu Harun.

Musailamah dilahirkan di wilayah Yamamah. Di sebuah desa yang sekarang ini disebut al-Jibliyah. Dekat dengan Uyainah di lembah Hanifah wilayah Nejd.

Usia Musailamah lebih tua dan lebih panjang dibanding Rasulullah ﷺ. Ada yang menyebutkan ia terbunuh pada usia 150 tahun saat Perang Yamamah. Ia adalah seorang tokoh agama di Yamamah dan telah memiliki pengikut sebelum wahyu kerasulan datang kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan. Masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Berjumpa dengan orang-orang berbagai macam profesi di sana. Pasar yang ia kunjungi semisal pasar di wilayah al-Anbar dan Hirah

Musailamah adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat (strong personality). Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut namun menipu. Pandai menarik simpati, bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah. Namun Allah berkehendak beda. Ia dikenal dengan nama Musailamah al-Kadzab (Musailamah sang pendusta) hingga hari ini.

Saat Musailamah mengumumkan kenabiannya (nabi palsu), Rasulullah ﷺ berada di Mekah. Ia mengutus orang-orang pergi ke Mekah untuk mendengarkan Alquran. Kemudian kembali ke Yamamah untuk membacakannya kepadanya. Setelah itu ia menirunya atau memperdengarkan ulang ke hadapan orang-orang sambil mengklaim itu adalah kalamnya

Utusan Bani Hanifah Menemui Rasulullah

Di antara metode dakwah Rasulullah ﷺ adalah menulis surat kepada para penguasa dan raja-raja. Menyeru mereka untuk memeluk Islam. Seruan dakwah tersebut sampai juga kepada Haudzah bin Ali al-Hanafi. Seorang penguasa Yamamah yang beragama Nasrani. Setelah menerima surat tersebut, Haudzah mengajukan syarat agar kekuasaan diberikan kepadanya. Nabi ﷺ menolaknya. Tidak lama setelah itu Haudzah pun wafat.

Pada tahun ke-9 H, tokoh-tokoh bani Hanifah yang berjumlah beberapa belas orang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ di Madinah. Di antara mereka terdapat Musailamah. Mereka datang untuk mengumumkan keislaman kepada Rasulullah ﷺ. Dan menyepakati bahwa Nabi ﷺ adalah pemimpin.

Bani Hanifah termasuk kabilah Arab yang terbesar jumlahnya. Mereka memiliki kedudukan dan terpandang. Karena merasa layak mendapatkan kepemimpinan, mereka mengajukan permintaan kepemimpinan. Mereka ingin agar Musailamah kelak menggantikan posisi Nabi setelah beliau wafat. Nabi ﷺ menolak permintaan mereka.

Utusan bani Hanifah pun kecewa dan mulai muncul keinginan untuk keluar dari Islam. Dan Nabi ﷺ telah menangkap gelagat ini. Ketika hendak pulang ke Yamamah, mereka berkata kepada Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya kami meninggalkan salah seorang sahabat kami di perbekalan kami untuk menjaganya”.

Rasulullah ﷺ menanggapi, “Kedudukan dia (Musailamah) tidak lebih buruk daripada kedudukan kalian”. Artinya walaupun ia sebagai petugas yang menjaga perbekalan kalian, bukan berarti kedudukannya lebih rendah dari kalian. Mereka pun pulang ke Yamamah dengan membawa hadiah dari Nabi ﷺ.

Perkataan Nabi ﷺ terhadap Musailamah tersebut dijadikan sabda rekomendasi oleh Musailamah dan tokoh yang lain. Mereka klaim bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ meridhai Musailamah sebagai penggantinya. Tak lama Musailamah pun mengumumukan kenabiannya di tengah-tengah bani Hanifah. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Musailamah al-Kadzab.

Kemudian Nabi ﷺ menunjuk Nuharur Rijal bin Unfuwah untuk mengajarkan agama kepada penduduk Yamamah. Ibnu Unfuwah adalah laki-laki yang berilmu, luas pandangannya, dan cerdas. Siapa sangka, ternyata Ibnu Unfuwah malah bergabung dengan Musailamah. Kesungguhannya di hadapan Rasulullah ﷺ hanyalah riya’ semata. Ibnu Unfuwah mengakui kenabian Musailamah. Menurutnya Musailamah bersama-sama Nabi Muhammad ﷺ dalam risalah kenabian. Orang-orang bani Hanifah pun simpati kepadanya. Dan Musailamah menjadikannya orang kepercayaan

Rasulullah ﷺ Berbalas Surat dengan Musailamah

Setelah klaim kenabiannya diterima di tengah-tengah kaumnya, rasa percaya diri Musailamah kian bertambah. Semakin jauhlah kesesatannya. Ia mulai memposisikan diri sebagai seorang utusan Allah. Ia meniru Nabi Muhammad ﷺ yang berdakwah melalui surat kepada para raja dan penguasa. Saking percaya dirinya, ia mengirim surat kepada Nabi Muhammad ﷺ:

مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ: سَلَامٌ عَلَيْكَ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي قَدْ أُشْرِكْتُ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ

“Dari Musailamah seorang rasulullah kepada Muhammad seorang rasulullah.

Keselamtan atasmu, amma ba’du:

Sungguh aku sama denganmu dalam kerasulan ini. Bagi kami bagian bumi tertentu dan bagi Quraisy bagian bumi lainnya. Akan tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.”

Perhatikanlah, para penyeru kesesatan sejak dulu terbiasa menggunakan pilihan kata yang indah untuk menipu manusia. Musailamah menyebut Nabi Muhammad sebagai orang yang melampaui batas. Karena ingin menguasai seluruh jazirah Arab. Sementara ia mengisyaratkan bahwa dirinya adalah orang yang bijak karena ingin berbagi.

Demikian juga para penyeru kesesatan di zaman ini, mereka menggunakan bahasa yang indah untuk memikat hati. Mereka sebut ajaran mereka mencerahkan sementara berpegang kepada Alquran dan sunnah adalah kejumudan dan kaku. Mereka sebut ajaran mereka toleran. Sementara yang lainnya adalah radikal.

Rasulullah ﷺ tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Beliau tidak ingin keraguan dan kerancuan ini tersebar. Beliau ﷺ pun membalas surat Musailamah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ: السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ للَّه يُورَثُهَا مَنْ يُشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Musailamah sang pendusta.

Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk, amma ba’du:

Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Setelah membaca surat itu, Musailamah memutilasi sahabat Nabi, Hubaib bin Zaid radhiallahu ‘anhu, yang Nabi tugaskan untuk mengantarkan surat kepada Musailamah al-Kadzab. Peristiwa ini terjadi di akhir tahun ke-10 H.

Fanatik Suku, Sajak Pun Disangka Wahyu

Musailamah mulai menjadikan Yamamah sebagai tanah haram. Ia juga mulai menyusun sajak yang ia sebut sebagai Alquran. Al-Mutasyammas bin Muawiyah, paman dari al-Ahnaf bin Qais, pernah mendengar sajak-sajak Alquran palsu yang dibacakan oleh Musailamah. Setelah keluar dari majelis Musailamah ia berkomentar, “Sungguh ia seorang pendusta”. Al-Ahnaf juga mengomentari, “Dia bukanlah nabi yang sebenarnya. Bukan pula seorang yang pintar dalam berpura-pura menjadi nabi”.

Orang-orang Yamamah yang mengikuti Musailamah begitu fanatik dengan dakwah kenabiannya. Mereka bangga orang-orang dari keluarga Rabiah bersaing dengan keluarga Mudhar. Yakni keturunan Rabiah juga punya nabi sebagaimana keturunan Mudhar punya nabi, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Pengakuan kenabian terhadap Musailamah sangat dipengaruhi fanatisme kabilah dan suku.

Suatu hari Thalhah an-Namiri datang ke Yamamah untuk bertemu Musailamah. Ia ingin mendengar langsung dakwahnya dan menguji kenabian pembuat wahyu palsu ini. Ketika sampai di majelis Musailamah, Thalhah menyebut nama Musailamah langsung. Kaum Musailamah menjawab, “Sebut dia rasulullah!”. “Tidak mau, sampai aku melihatnya dulu”, kata Thalhah.

Ketika Musailamah datang, Thalhah berkata, “Engkau Musailamah?” “Iya”, jawab nabi palsu si tukang tipu. “Siapa yang datang kepadamu?” Tanya Thalhah. Musailamah menjawab, “Rahman (Allah pen.)”. “Dalam keadaan bercahaya atau dalam kegelapan?”, selidik Thalhah. “Dalam kegelapan”, jawab Musailamah.

Thalhah berkata, “Sungguh aku bersaksi engkau adalah pendusta. Dan Muhammad adalah yang benar. Akan tetapi pendusta dari Rabiah lebih kami cintai dibanding orang yang jujur dari Mudhar”.

Untuk menguatkan posisinya, Musailamah menikahi seorang perempuan dari bani Tamim. Kabilah besar lainnya di masyarakat Arab. Perempuan itu adalah Sajah binti al-Harits bin Suwaid at-Tamimiyah. Wanita ini memiliki kesamaan degnan Musailamah, sama-sama mengaku nabi. Ia mengajak kaumnya bani Tamim dan paman-pamannya dari kabilah Taghlib dan kabilah-kabilah Rabi’ah lainnya. Bersatulah kelompok besar ini dalam fanatisme kesukuan mengklaim sebuah kedustaan. Kemudian mereka menantang kekhalifahan Abu Bakar di Madinah.

Bersambung.-

Sirah Nabi Bag 149: Hari pertama pembukaan Mekah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Hari pertama pembukaan Mekah

Penghalalan darah beberapa penjahat
Rasulullah ﷺ menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka ialah:
~ Abd al-Uzza bin Khatal,
~ Abdullah Ibni Abi Surah,
~ Ikrimah bin Abi Jahal,
~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab,
~ Muqis bin Sababah,
~ Habbar bin Aswad,
~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah ﷺ melalui nyanyian mereka, dan
~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.

Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah ﷺ, dia menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah ﷺ, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya, sebelumnya Rasulullah ﷺ menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.

Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah ﷺ pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan memeluk Islam.

Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah ﷺ, maka  Rasulullah ﷺ berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.

Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah.

Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ﷺ ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.

Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ﷺ ketika akan berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik.

Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam.

Kata ibnu Hajar:
Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.

Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah ﷺ.

Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.

Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam
Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah ﷺ oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah ﷺ pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah ﷺ memberikan surbannya yang dipakai.

Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah ﷺ untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah ﷺ telah menjawab dengan sabdanya:
"Aku beri empat bulan".
Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah ﷺ telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu.

Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ﷺ ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi ketika Rasulullah ﷺ berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga  dia memeluk Islam.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 148: Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah

Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ.
Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka.
Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda:
"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji.
Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung.
Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah.
Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
{Al-Hujurat (الحجرات) / 49:13}
Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:
"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?"
Jawab mereka:
"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".
Maka jawab Rasulullah:
"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya:
Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."


Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya
Setelah semuanya itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau".
(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas)
Rasulullah bersabda:
"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata:
"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".
Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya:
"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".


Bilal berazan di atas Ka'bah

Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah.
Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur
Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci
kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada
orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah.
Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah:
"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung.

Sirah Nabi Bag 147: Masjid Dhirar


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Masjid Dhirar

Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.

Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.

Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.

Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat.

Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah  ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.

Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."

Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.

Maka begitu tiba di Madinah beliau ﷺ memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.

Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.


Ibrahim Wafat

Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.

Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.

Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.

Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau ﷺ menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."

Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini."

Beliau ﷺ diam sejenak kemudian bersabda lagi,

"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim."

Beliau ﷺ memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau ﷺ meminta keduanya lebih tenang dan berkata,

"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "

Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda,

"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat."

Bersambung

Sirah Nabi Bag 146: Tiba di Madinah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Tiba di Madinah

Duapuluh hari lamanya Rasulullah ﷺ tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau ﷺ pulang bersama ribuan pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ﷺ sendiri.

Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ﷺ melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ﷺ ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ﷺ dan  Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan.

Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.

Namun Rasulullah ﷺ dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.

Rasulullah ﷺ memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi. 

Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ﷺ saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasulullah ﷺ.

Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung. Rasulullah ﷺ bersabda,

"Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya."

Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong  pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ﷺ berhijrah dan tiba di Madinah.

Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini merupakan peperangan terakhir bagi beliau ﷺ.

Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?

Keempat macam sifat hati itu adalah:

- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin.
- Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur
- Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia melihat kemudian buta.
- Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.

Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang

Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasulullah ﷺ menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Sedangkan Kaab bin Malik,  Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ﷺ bersabda,

"Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menentukan sendiri persoalanmu."

Kemudian Rasulullah ﷺ melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!"

Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.

Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,

"Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik."

Kaab berkata pada dirinya sendiri,
"Ini juga termasuk cobaan!"

Setelah itu,  dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ. Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak.  Kaab menuturkan,

"Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka"

Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah ﷻ yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik,  Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia!

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya."
(hadits riwayat muslim dari Anas)

Bersambung

Sirah Nabi bag 145: Perjalanan Pasukan Usro


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Perjalanan Pasukan Usro

Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.

Namun, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa."

Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.

Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ﷺ berpesan,

"Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman."

Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.
Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.

Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa. Dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.

Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu Beliau berkata, 

"Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian."

Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda,

"Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga."

Keberanian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Pasukan Romawi Mundur

Akhirnya Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk.  Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.

Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya.

Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.

Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.

Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.

Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.
     
Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.
Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.

Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.

Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi. 
Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ dan menjadi sekutu kaum muslimin.

Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Siapa saja yang percaya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan. Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung.

Sirah Nabi bag 144: Orang-orang Munafik


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Orang-orang Munafik

Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung bersama sambil berlomba membawa sedekah ke Madinah,  orang-orang munafik malah berbisik-bisik. Mereka mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka, terdengarlah cemoohan kepada ajakan Rasulullah ﷺ.

"Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada yang lain.

Tentang perkataan ini turunlah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ ائۡذَنۡ لِّیۡ وَ لَا تَفۡتِنِّیۡ ؕ اَلَا فِی الۡفِتۡنَۃِ سَقَطُوۡا ؕ وَ اِنَّ جَہَنَّمَ لَمُحِیۡطَۃٌۢ بِالۡکٰفِرِیۡنَ

"Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir."
{At-Taubah (التوبة) / 9:49}

"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi berperang dalam panas terik ini." Katakanlah,
"Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui."

Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok pengikutnya. Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ﷺ ke medan perang.

Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini. Mereka menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan mereka untuk pergi. Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik. Mereka berkumpul di rumah Sulaim, orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan merajalela menebar kerusakan.

Karena itulah Rasulullah ﷺ mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka. Thalhah datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut melarikan diri, salah seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain memaksa menerobos api dan melarikan diri ke sana kemari.
Tindakan keras Rasulullah ﷺ itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan semacam itu.

Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ﷺ memimpin 30000 orang ke perbatasan Romawi nun jauh di utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa?

Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung kehinaan akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah.
Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan.

Abu Khaitsamah

Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh semangat. Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa. Debu halus mengepul ke udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap menembus padang pasir dengan tidak lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar. Semua itu demi mendapat kecintaan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum munafik. Di antaranya adalah abu Khaitsamah,  Kaab bin Malik,  Murarah bin Ar Rabi, Hilal bin Umayyah.

Setelah Rasulullah ﷺ dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di rumah. Hari itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu Khaitsamah bangkit dan menyambutnya dengan penuh cinta.

Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda yang sudah terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian kedua istrinya itu masuk sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk yang telah ditaruh lama di tempat teduh, yang lain adalah makanan segar untuk memuaskan perut yang lapar.  Namun begitu merasakan semua kenikmatan ini pikiran Abu Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ﷺ dan pasukannya.

Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ﷺ sekarang tengah terpanggang terik matahari dan diterpa angin panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk, menikmati makanan yang tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini? Ini  benar-benar tidak pantas dan tidak adil!"

Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya,

"Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ﷺ. Tolong siapkan perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau."

Ketika Rasulullah ﷺ tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata,

"Ada pengendara datang!" 

"Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ﷺ.

Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ﷺ, beliau memaafkan dan mendoakan Abu Khaitsamah.

Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan kenikmatan yang sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar serta abadi, seseorang perlu teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang sebentar.

Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang memiliki dua hal ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 143: Perang Tabuk


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Perang Tabuk

Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.

"Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur," demikian pikir Kaisar Romawi.
"Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya."

Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40000 orang. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada perang Mu'tah.

Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, "Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?"

Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.

Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah ﷺ ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.

Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin?

Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ﷺ selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu. Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu:  leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.

Persiapan Rasulullah ﷺ

Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin,  membuat sikap orang terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan Rasulullah ﷺ tanpa ragu lagi.

Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik Rasulullah ﷺ.  Beliau ﷺ menerimanya dan bersabda,

"Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini."

Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak.

Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.

"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ﷺ.

"Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar.

Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata,

"Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya."

Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah ﷻ.

Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka dengan bersabda,

"Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian."

Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.

Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah ﷻ menuju Ridha Allah ﷻ dan menegakkan jalan Allah ﷻ Sabilillah.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 142: Zainab Wafat


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Zainab Wafat

Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ﷺ dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata,

"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."

Setelah itu Rasulullah ﷺ kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ﷺ menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al Quran dan menjalankan ajaran agama.

Kemudian Rasulullah ﷺ pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin. Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ﷺ dengan membebaskan tanah suci.

Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini.

Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ.

Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ﷺ wafat.  Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ﷺ yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia.

Rasulullah ﷺ teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ﷺ  sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita.

Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ﷺ yang sedang berduka.

Kemudian lahirlah putra Rasulullah ﷺ dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim.

Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh  Abu Daud dari Abu
Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ﷺ pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah Rasulullah ﷺ bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud,  Umamah diambil lagi.

Kelahiran Ibrahim

Rasulullah ﷺ memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ﷺ menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim.

Hampir setiap hari Rasulullah ﷺ mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang  menghangatkan hati Rasulullah ﷺ. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira  Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah.

Rasulullah ﷺ bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"
Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Aisyah dan istri2 Rasulullah ﷺ sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu,  begitu melihat kegembiraan Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka.

Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ﷺ sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ﷺ sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain. Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ﷺ. Beliau memisahkan diri dari para istrinya.

Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ﷺ hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang menengok Rasulullah ﷺ di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ﷺ yang berbekas tikar kasar.  Rasulullah ﷺ menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya.

Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ﷺ sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ﷺ menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau.

Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ﷺ. Kalau saja Rasulullah ﷺ sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala. 

Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ﷺ. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau.

Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata,

"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ﷺ tertawa."

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung

Sirah Nabi Bag 141: Pembagian Harta Rampasan


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Pembagian Harta Rampasan

Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.

Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya, 

"Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?"

Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.

Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ﷺ terdesak ke sebuah pohon dan mantelnya yang terlepas pun diambil orang.

"Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ﷺ.
"Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang kikir, takut, dan dusta."

Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda, 

"Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan kepada kalian."

Keputusan Rasulullah ﷺ untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya.

Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40 domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.

Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ﷺ ini pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa.

Kemenangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk orang bertaqwa

 1. Hidup berkah
 2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk
 3. Albusyro yaitu kegembiraan
 4. Bersama Allah
 5. Dicintai Allah
 6. Yusra atau diberi kemudahan
 7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan
 8. Tidak sulit rezeki
 9. Mendapat ampunan Allah
10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.

Orang-orang Anshar

Rasulullah ﷺ mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya.
Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam pertempuran yang menikmati hasilnya?

"Rasulullah ﷺ telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka.

Maka Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya,

"Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga menyatukan hati kalian?"

Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati."

Rasulullah ﷺ bersabda,
"Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"?

"Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah dan Rasul-Nya juga."

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.
Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu?
Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-anak dan cucu-cucu Anshar."

Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya."

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung

08 April 2020

Sirah Nabi Bag 140: Perang Thaif


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Perang Thaif

Saat itu turunlah Firman Allah

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Surah At-Taubah (9:25)

ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
Surah At-Taubah (9:26)

Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian menyerang dengan manjaniq dan "thank". Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar. Para prajurit maju dan dengan sengaja berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas hingga "thank" itu terbakar.

Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ﷺ memakai cara lain. Beliau  memerintahkan agar kebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang. Namun, karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ﷺ pun membatalkan perintahnya.

Beliau juga berkata kepada musuh,

"Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas."

Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan muslimin. Dari merekalah Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.

Salah seorang sahabat berkata,
"Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif."

Namun Rasulullah ﷺ yang bijak dan penyayang malah berdoa,
"Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah mereka."

Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin Muawiyah memberi saran kepada Rasulullah ﷺ, 

"Wahai Rasulullah, mereka itu seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus menungguinya tentu akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa berbahaya jika engkau tinggalkan.."

Mengembalikan Tawanan Thaif

Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif.
Di Ji'rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang. Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat,

"Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?" Setengah tidak percaya mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ﷺ.

Ternyata Rasulullah ﷺ segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ.

Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke kabilahnya. Maka Rasulullah ﷺ pun membebaskan Syaimah.

Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ﷺ memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan.

"Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang dulu pernah memeliharamu. Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu'man bin Al Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini, tentu kami manfaatkan dan kami mintai  belas kasihnya. Konon pula engkau yang sudah mendapat pengasuhan yang terbaik...."

Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ﷺ pernah dirawat di lingkungan mereka. Hati Rasulullah ﷺ yang penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu berterimakasih dan mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ﷺ.  Beliau pun bertanya,

"Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai."

"Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?" 
"Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai."

Di hadapan pasukannya Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu,  serentak para sahabat pun segera melepaskan para tawanan dengan berkata,

"Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah."

Rasulullah ﷺ akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung

Sirah Nabi Bag 139: Perang Hunain


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Perang Hunain

Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain. Namun diam-diam Malik bin Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana. Malik menyusupkan pasukannya di tengah kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk ceruk tersembunyi dan celah celah bukit.

Selepas sholat subuh Rasulullah ﷺ menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas kepada setiap komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim berangkat. 

Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, serangan panah yang gencar dan serentak datang seperti hujan. Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun didahului oleh seorang laki-laki yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam di ujung tombak. Setiap kali menemui seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-kuat.

Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari kocar-kacir. Perasaan takut dan gentar begitu kuat menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan teman-temannya lagi.

Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makah, tersenyum sambil berkata,

"Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut."

Beberapa orang Mekah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata,

"Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud."

Kalada bin Hanbal berkata,
"Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi."

Rasulullah ﷺ yang saat itu duduk di atas keledai putihnya menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Ketika semua pengikutnya berlarian mundur,  beliau tetap di tempat ditemani beberapa sahabatnya. Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian.

"Hai orang-orang, kamu mau kemana?  Mau kemana? aku adalah Rasulullah! Aku adalah Muhammad bin Abdullah."

Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri sendiri. Saat itu Abu Sufyan memegang tali kekang keledai dari Rasulullah ﷺ dan Abbas memegangi pelananya agar keledai Rasulullah ﷺ itu tidak melarikan diri karena ketakutan.

Rasulullah ﷺ turun dari keledainya dan berdoa,

"Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu."

Kemenangan

Selesai berdoa Rasulullah ﷺ memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para prajurit. Abbas adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru, 

"Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan? Manakah saudara-saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon? Kemarilah saudara-saudara. Rasulullah ﷺ masih hidup!"

Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu,

"Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan seekor induk sapi terhadap anaknya."

Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah. Orang-orang Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok Rasulullah ﷺ dan janji mereka untuk melindungi beliau.

Mendengar nama Rasulullah ﷺ, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah berjuang begitu bersusah-payah bersama beliau. Kehormatan mereka tersentuh sehingga dengan penuh semangat orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru,

"Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!"

Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ﷺ berada dan bertempur dengan dahsyat. Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang kemenangan. Melihat para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat yang makin melambung  Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-Nya"

Rasulullah ﷺ menyebarkan segenggam kerikil pada musuh sambil bersabda,

"Wajah-wajah buruk!"

Tidak lama kemudian pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan semua istri, anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan, 22.000 unta, 40.000 kambing dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin.

Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas. Di tempat ini Hawazin dihancurkan sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Malik bin Auf lari ke dalam kota Tha'if dan berlindung di sana.

Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ﷺ. Ketika pasukan muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan menangkis serangan lawan dan tangan kiri memegang tali kekang.

Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ﷺ menatap Abu Sufyan berlama-lama seraya berkata,

"Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits..."

Mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru dan air matanya membasahi kaki Rasulullah ﷺ.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung

Sirah Nabi Bag 138: Menghancurkan Berhala-berhala lain


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Menghancurkan Berhala-berhala lain

Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah ﷻ memberikan kemenangan besar kepada kaum muslimin justru  pada saat mereka tengah menunaikan ibadah shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir.

Rasulullah ﷺ mengirim  Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala-berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah.

Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ﷺ bertanya,

"Apakah engkau melihat sesuatu?"

"Tidak," jawab Khalid

"Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!"  demikian sabda Rasulullah ﷺ.

Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke Mekkah, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini."

Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa' milik Bani Hudhail di Ruhath.

Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa' bertanya,

"Apa maumu?"

"Aku diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Suwa"

"Engkau tidak akan sanggup!" jawab penjaga sambil melotot.

"Mengapa?" tanya Amr bin Ash geram.

"Karena engkau akan dihalangi!" seru penjaga dengan yakin.

"Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!" seru Amr bin Ash gemas.
"Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?"

Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa' sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia bertanya kepada penjaga,

"Bagaimana menurut pendapatmu?"

"Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah", jawab penjaga.

Sa'ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Manat. Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa'ad. Sa'ad membunuhnya dan menghancurkan berhalanya.

Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah ﷻ Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada di alam semesta ini

Ancaman Hawazin dan Tsaqif

Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa islam telah meraih kemenangan.

Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian.

Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.

Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya,

"Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?"

"Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah," jawab Malik bin Auf.

"Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung."

Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata,

"Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!"

Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ﷺ meninggalkan Mekah dengan 12 ribu pasukan termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul seorang penunggang kuda ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka.

Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersabda,

"Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki.

Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagaian prajurit muslim berkata dengan bangga,

"Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan."
Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana.

Ketika Rasulullah ﷺ mendengar gerakan musuh di Thaif,  beliau mengirim mata-mata yaitu seorang sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy. 

Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan, Rasulullah ﷺ meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin Umayyah yang saat itu belum masuk Islam

Bersambung.

Sirah Nabi bag 137: Fadhalah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Fadhalah

Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah ﷻ melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia  tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika dilihatnya beliau ﷺ sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang.  Di balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin dekat semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh Rasulullah  ﷺ.

Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ﷺ langsung menoleh kepadanya dan menegur,

"Apakah ini Fadhalah?"

Agak terkejut, Fadhalah menjawab, "Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah."

"Apa yang kamu pikirkan?"  tanya Rasulullah ﷺ.

"Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah."

Rasulullah ﷺ tersenyum. Beliau ﷺ meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah sambil bersabda,

"Mohon ampun kepada Allah.... "

Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata,

"Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau."

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah berkata,

"Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ﷺ menghancurkan semua berhala.  Agama Allah itu sangat jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan."

Sejak hari itu,  Rasulullah ﷺ melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau ﷺ bersabda,

"Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah."

Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ﷺ yang begitu besar. Kasih sayang betul-betul membanjiri hati beliau ﷺ yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau ﷺ berupa keramahan, pada mata beliau ﷺ berupa air mata, dan pada tangan beliau ﷺ berupa kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ﷺ yang paling menonjol dan tak seorang pahlawan pun berhasil menyamainya.

Shalat Kemenangan

Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta perlindungan kepada Ummu Hani.  Ali bin Abu Tholib berkeras ingin  membunuh  dua orang itu. Namun Rasulullah ﷺ bersabda,

"Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani."

Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ﷺ mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam.

Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang musyrik.

Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah ﷺ.

Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ﷺ. Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam,  Habbar menjadi seorang muslim yang taat.

Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka bertanya kepada saudara Anshornya,

"Apakah menurut kalian Rasulullah ﷺ akan menetap di Mekah setelah Allah memberi kemenangan?"

Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika itu, Rasulullah ﷺ sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya,

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah."

Namun, karena kekhawatiran yang terus mebesar, akhirnya mereka menyampaikannya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda,

"Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah tempat mati kalian."

Bersambung

Sirah Nabi Bag 136: Fathu Mekkah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Fathu Mekkah

Setelah pasukan Islam lewat, Abbas berkata kepada Abu Sufyan,

"Selamatkanlah kaummu."

Maka cepat-cepat Abu Sufyan juga memacu tunggangannya memasuki Mekah sambil berseru,

"Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak mungkin dapat kalian lawan. Barang siapa yang masuk rumahku, akan selamat! Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, akan selamat! Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, juga selamat!"

Namun tidak semuanya menuruti  Abu Sofyan, lkrimah bin Abu Jahal memimpin sepasukan Quraisy untuk melawan.

Saat itu Rasulullah ﷺ sudah membagi pasukannya untuk memasuki Mekah dari tiga jurusan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin Zubair bin Awwam, sedangkan Rasulullah ﷺ memimpin pasukan dari dataran tinggi Kida.

Sa'ad bin Ubadah berseru,

"Hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini diperbolehkan melakukan segala hal yang dilarang di Kabah."

Rasulullah ﷺ berulang-ulang membaca surat al-Fath dengan suara sangat merdu. Beliau ﷺ tidak memasuki Mekah seperti seorang penakluk namun jutru menundukkan kepala tanda syukur kepada Allah ﷻ.

Karena itu, beliau ﷺ menunjukkan wajah tidak suka ketika dilihatnya pasukan Khalid bin Walid bertempur karena diserang oleh pasukan Ikrimah. Namun akhirnya Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ketentuan Allah selalu lebih baik."

Pasukan Quraisy terkalahkan dan lkrimah melarikan diri. Tiba di depan Ka'bah, Rasulullah ﷺ menghampiri Hajar Aswad, menciumnya dan berthawaf keliling Ka'bah. Beliau menunjuk dengan busur ke arah 360 buah berhala di sekeliling rumah Suci sambil membacakan ayat Al-Qur'an,

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
Surah Al-Isra' (17:81)

Maka berhala-berhala itu pun dirobohkan. Rasulullah ﷺ masuk ke dalam Ka'bah dan bertakbir di ke empat sudutnya. Beliau melihat di dalam Ka'bah ada gambar nabi Ibrahim  عليه ااسلام dan Nabi Ismail  عليه ااسلام sedang bermain undian anak panah. Beliau ﷺ mengutuk orang yang membuat gambar itu.
Setelah itu Bilal naik ke atas Ka'bah dan beradzan karena waktu sholat Dhuhur telah tiba.

Sebelumnya Rasulullah ﷺ hanya mempunyai 3.000 tentara dalam Perang Khandaq menghadapi 10.000 pasukan Quraisy dan sekutunya. Kini mendadak beliau ﷺ muncul di depan Mekah dengan 10.000 prajurit. Quraisy begitu terkejut dan ketakutan sehingga tidak mampu memberi perlawanan kecuali menyerah.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Quraisy Berbondong-bondong Masuk Islam

Rasulullah ﷺ kemudian mengucapkan khotbah di hadapan orang-orang Mekah.

"Tiada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Allah yang telah menepati janji-Nya memenangkan hambanya Muhammad dan mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan diri-Nya sendiri."

"Sesungguhnya segala macam balas dendam, harta, dan darah semuanya berada di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Ka'bah dan pemberi air minum kepada jamaah haji."

"Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian kesombongan jahiliyah dan mengagungkan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah."

"Wahai kaum Quraisy menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak ku ambil terhadap kalian?"

Orang-orang Quraisy menjawab,

"Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia."

Beliau pun bersabda, "Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!"

Setelah itu berbondong-bondonglah penduduk Mekah masuk Islam. Kemudian Rasulullah ﷺ membaiat kaum laki-laki Quraisy untuk senantiasa taat kepada Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Setelah itu giliran kaum wanita di antara mereka. Di antara mereka, hadir Hindun bin Uthbah, istri  Abu Sufyan. Ia menyamar karena dulu telah bertindak kejam terhadap Hamzah pada perang Uhud.

Tanpa memegang tangan para wanita itu, Rasulullah ﷺ membaiat mereka agar tidak menyekutukan Allah ﷻ, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak,  dan tidak berbohong.

Di tengah-tengah Baiat itu, Hindun menyela,

"Demi Allah aku terlalu sering mengambil uang Abu Sufyan, aku tidak tahu apakah hal itu di halalkan atau tidak?"

Abu Sufyan yang saat itu hadir berkata,

"Aku halalkan semua hartaku yang pernah kau ambil."

"Apakah engkau Hindun binti Utbah?" tanya Rasulullah ﷺ.

"Ya aku adalah Hindun binti Utbah." jawab Hindun.

Rasulullah ﷺ menoleh kepada Abu Sufyan, "Maafkan ia atas perbuatannya yang lalu, semoga Allah memaafkanmu."

Rasulullah  ﷺ adalah seorang pemaaf, tidak akan pernah ada dalam sejarah seseorang yang mampu memberi maaf seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada orang-orang Quraisy. 

Padahal orang-orang Quraisy inilah yang dulu membunuh para pengikut Rasulullah ﷺ, menghina, mencaci, melukai, memboikot, mengusir, dan memerangi Rasulullah ﷺ, tetapi ketika justru Rasulullah ﷺ mempunyai kekuatan untuk membalas, beliau bersabda,

"Kamu semua bebas..."

Bersambung

Sirah Nabi Bag 135: Surat Hathib bin Abi Balta'ah


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Surat Hathib bin Abi Balta'ah

Rasulullah  ﷺ memerintahkan semua orang untuk mengadakan persiapan.  Beliau memberi tahu bahwa sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun berdoa,

"Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar ini, hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba."

Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada Quraisy tentang rencana ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang diberi uang oleh Hathib. Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita itu pun berangkat.

Kemudian Rasulullah ﷺ diberi wahyu tentang hal tersebut sehingga beliau cepat menyuruh  Ali Bin Abi Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keduanya pun memacu kudanya kencang-kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata,

"Serahkan surat yang kau bawa!"

"Aku tidak membawa sepucuk surat pun."

Ali dan  Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan teliti.  Ketika tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata,

"Aku bersumpah bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!"

Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan suratnya. Setelah surat itu sampai di tangannya, Rasulullah ﷺ memanggil Hathib,

"Apa ini wahai Hathib?"

"Rasulullah," jawab Hathib,
"demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun tidak ada perubahan pada diri saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka."

Umar bin Khatab maju dan berkata,

"Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan, "Berbuatlah sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?"

Umar pun menangis sambil berkata,

"Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."

Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting. Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

"Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya."

Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu memberikan kejutan, sehingga Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah.

Pasukan Muslim Berangkat

Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku demi suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr Az Zhahran,  jumlah mereka mencapai 10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Madinah.

Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai, dipergoki Abbas paman Rasulullah ﷺ. Abbas membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin. Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah ﷺ di dalam Tenda beliau.

"Kasihan engkau Abu Sufyan," sabda Rasulullah ﷺ.
"Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada Tuhan selain Allah?"

"Demi ayah dan ibuku," jawab Abu Sufyan. 
"Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah mencukupi segalanya."

"Kasihan engkau wahai Abu Sufyan," demikian sabda Rasulullah ﷺ lagi.
"Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?"

"Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan kekeluargaan, namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di hatiku.

Akhirnya, Abbas pun turun bicara,

"Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah engkau lancarkan pada Islam!"

Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas  berbisik,

"Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia sedikit kebanggaan."

"Baiklah," sabda Rasulullah ﷺ, 
"Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman. Barangsiapa yang memasuki Masjidil Haram, juga akan aman."

Setelah itu Rasulullah ﷺ meminta Abbas memperlihatkan keagungan pasukan muslim.

Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu melihat bahwa Rasulullah ﷺ dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata,

"Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!"

"Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian,"

"Kalau begitu akan lebih bagus lagi."

Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ﷺ mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria.  Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada orang Quraisy bahwa Rasulullah ﷺ akan mengadakan serangan ke sana, bukan ke Mekah.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung

07 April 2020

Sirah Nabi Bag 134: Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibyah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibyah

Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada suatu malam, Bani Bakr yang merupakan sekutu orang Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza'ah. Pada saat itu,  Bani Khuza'ah tengah tertidur lelap di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al Watir.
Setelah perjanjian Hudaibyah, Bani Bakr memihak Quraisy, sedangkan Bani Khuza'ah menggabungkan diri dengan Rasulullah ﷺ.

Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza'ah terdesak dan kewalahan. Dalam pertempuran itu, diam-diam pihak Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan pelanggaran besar terhadap perjanjian Hudaibyah. Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut lagi kepada kaum muslimin. Mereka mengira, kaum muslimin sudah hancur dalam pertempuran Mu'tah.

Bani Khuza'ah lari berlindung di sekitar Ka'bah. Di tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri mengingatkan pemimpin mereka untuk tidak perang di tanah suci Kabah,

"Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat Tuhanmu, Tuhan mu!"

Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan ini, menjawab dengan kasar,

"Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr!  Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah, kalau perlu kalian boleh mencuri di tanah suci. Apakah kalian tidak ingin melampiaskan dendam di tanah suci?"

Akhirnya Bani khuza'ah baru benar-benar bisa menyelamatkan diri dari pembantaian setelah mereka mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga Budail bin Warqa Al khuza'i.
Setelah itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Amr bin Salim Al khuza'i cepat-cepat pergi ke Madinah menemui Rasulullah ﷺ.

Ia bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia membacakan syairnya.

"Ya Robbi, aku mengingatkan Muhammad tentang persahabatan ayah kami dan ayahnya pada masa lalu......
Quraisy telah menghianatimu dalam perjanjian.....
Mereka mendesak hingga ke Ka'bah dan membunuh kami saat sedang ruku dan sujud kepada Ilahi."

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim."

Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau ﷺ bersabda,

"Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani Kaab (sebutan lain untuk bani Khuza'ah)"

Dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 55-56, Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman."
Surah Al-Anfal (8:55)

الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ

"(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, Kemudian setiap kali berjanji, mereka menghianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah)."
Surah Al-Anfal (8:56)

Quraisy Mengutus Abu Sufyan

Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat disesali oleh pemimpin mereka. Karena itu, mereka mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk menguatkan kembali perjanjian dan memperpanjang waktunya. Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah ﷺ, tetapi menemui putrinya, ummu Habibah, yang sudah menjadi isteri Rasulullah ﷺ.

Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin duduk di tikar tempat biasa Rasulullah ﷺ duduk. Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum diduduki ayahnya.

"Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar itu dari pada aku?" keluh abu Sufyan.

"Ini tikar Rasulullah ﷺ, padahal ayah adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di atasnya."

"Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu setelah berpisah denganku."

Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah ﷺ. Ia bicara panjang lebar membujuk Rasulullah ﷺ agar memperpanjang perjanjian. Namun Rasulullah ﷺ sama sekali tidak menanggapinya.

Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan meminta agar Abu Bakar membujuk Rasulullah ﷺ. Namun Abu Bakar berkata,

"Aku tidak sudi melakukannya."

Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu Sufyan agar mau membujuk Rasulullah ﷺ. Umar menjawab,

"Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah ﷺ ? Demi Allah, walau hanya pasir yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan kupergunakan untuk melawan kalian!"

Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu sedang bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az Zahra istrinya.
Namun, dengan lembut Ali menjawab,

"Jika Rasulullah ﷺ sudah mengambil keputusan, tidak seorang pun dari kami yang bisa menarik keputusan beliau."

Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang yang dulu pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan membawa kabar buruk itu bagi kawan-kawannya.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 133: Khalid bin Walid Menjadi Komandan

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Zaid dan Ja'far telah diangkat kepadaku di surga di atas ranjang emas. Aku juga melihat ranjang Abdullah,  tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya."

"Mengapa Ya Rasulullah?" tanya para sahabat keheranan.

"Sebab yang dua orang itu terus maju,  tapi Abdullah sempat agak ragu walau ia terus maju juga."

Rasulullah ﷺ tahu benar betapa penting dan berbahayanya perang kali ini. Karena itu beliau sengaja memilih 3 panglima perang yang pada waktu malam bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah,  sedang pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama. Tiga orang ini tidak berkeinginan kembali karena mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan.

Khalid bin Walid Menjadi Komandan

Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya pertempuran dari wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda,

"Zaid mengambil bendera lalu dia gugur.  Kemudian Ja'far mengambilnya dan dia pun gugur. Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun gugur..."

Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah ﷺ. Setelah itu beliau bersabda lagi,  Salah satu dari Pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah ﷺ.

Di Mu'tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil berseru,

"Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita!"

"Engkau sajalah."
"Tidak saya tidak akan mampu."

Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang baru saja memeluk Islam.

Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai pertempuran kecil. Ia mengulur ulur waktu sampai tibanya perang.

Sementara itu Khalid bertempur dengan gagah sampai sembilan pedangnya patah dan yang tersisa hanya sebatang pedang lebar model Yaman.

Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar. Mereka melihat debu bertebangan tanda adanya pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di belakang pasukan muslim.

"Mereka mendapat bantuan besar!" seru orang-orang Romawi.

Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu adalah akibat strategi Khalid yang menarik pasukan depan ke belakang dan menaruh pasukan belakang ke depan pasukan yang berada di belakang. Mereka berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah datang pasukan besar dari Madinah. Setelah bertempur dengan saling mengintip kekuatan, pelan-pelan Khalid bin Walid menarik mundur pasukannya dengan tetap mempertahankan susunan tempur.

Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan lega. Kalau 3.000 orang saja sudah sedemikian tangguh, apalagi jika pasukan bantuannya datang, demikian pikir mereka.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Dampak Pertempuran Mu'tah

Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah ﷺ karena gugurnya ketiga panglima muslim.

Mereka pergi ke rumah Ja'far dan melihat istrinya Asma bin Umair sedang membuat adonan roti sementara itu anak-anaknya sudah dimandikan diminyaki dan dibersihkan. Saat itu Asma belum tahu nasib yang menimpa suaminya. Rasulullah ﷺ memeluk dan mencium anak-anak Ja'far dengan air mata berlinang.

"Ya Rasulullah demi ayah bundaku," tanya Asma gelisah.
"Mengapa anda menangis? Apakah ada hal-hal yang menimpa Ja'far dan kawan-kawannya?"

"Ya hari ini mereka gugur," jawab Rasulullah ﷺ dengan air mata yang terus bergulir membasahi pipinya.

Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para wanita berdatangan menghiburnya.

Rasulullah ﷺ pulang dan berkata kepada para istrinya, "Keluarga Ja'far jangan dilupakan buatkan makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam kesusahan".

Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah datang, beliau membelainya sampai menangis. Ketika para sahabat bertanya,

"Mengapa Rasulullah ﷺ menangisi para syuhada yang masuk surga?" Rasulullah menjawab bahwa itu adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya.

Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan mundur itu. Pasukan Khalid pun dicemooh,

"Hai orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!"

Namun Rasulullah  ﷺ bersabda,

"Mereka bukan pelarian melainkan orang-orang yang akan tampil kembali, Insyaallah."

Sementara itu pertempuran Mu'tah telah menimbulkan rasa kagum yang luar biasa di kalangan suku-suku Arab kepada kaum muslimin. Selama ini, mereka menganggap siapa pun yang berniat memusuhi Romawi sama saja dengan mencari mati.

Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan bisa mengundurkan diri tanpa kerugian besar membuat mereka yakin bahwa pasukan muslim pasti mendapat pertolongan Allah dan pemimpin mereka benar-benar utusan Allah.
Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja, Ghafatan, Fazarah,  dan lainnya masuk Islam. Padahal sebelumnya mereka sangat keras memusuhi Islam.

Rasulullah ﷺ amat prihatin dengan anak-anak Ja'far karena beliau penyayang anak-anak dan sering memberi mereka nasehat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ pernah menasehati seorang anak yang sedang berjalan dengan ayahnya,

"Ingatlah kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan kamu jangan panggil ia dengan namanya."

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung