13 Oktober 2017

Nasib orang yang terakhir masuk surga


Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ – قَالَ – فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا – قَالَ – فَيَقُولُ أَتَسْخَرُ بِى – أَوْ أَتَضْحَكُ بِى – وَأَنْتَ الْمَلِكُ » قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ. قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
“Sesungguhnya aku tahu siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak.
Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.”
Ia pun mendatangi surga, tetapi ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh.
Ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”
Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga.”
Ia pun mendatangi surga, tetapi ia masih membayangkan bahwa surga itu telah penuh.
Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”
Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.”
Orang tersebut berkata, “Apakah Engkau memperolok-olokku atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah Raja Diraja?”
Ibnu Mas’ud berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai tampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.” HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186).
Hadits di atas menunjukkan bahwa manusia biasa melanggar janji. Oleh karena itu, lelaki tersebut tercengang karena melihat janji Rabbnya. Ia merasa bahwasanya ia akan diremehkan atau diberi sesuatu yang remeh. Padahal Allah tidak mungkin mengingkari janjinya.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Sesungguhnya Allah tidaklah mengingkari janjinya.” (QS. Ali Imran: 9). Jika Allah berjanji pasti ditepati.
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa kedudukan penduduk surga yang paling rendah akan mendapatkan kenikmatan 10 kali lipat dari kenikmatan dunia. Sungguh nikmat yang luar biasa.
Hadits di atas juga menunjukkan pelajaran bahwa jika orang beriman yang masih memiliki iman walaupun kecil, ketika masuk neraka, tidak akan kekal di dalamnya. Berbeda dengan keyakinan sebagian kalangan yang meyakini bahwa jika ada yang masuk neraka tak bisa keluar-keluar lagi darinya.
Semoga Allah memasukkan kita dalam surga dengan mudah dan terselamatkan dari siksa neraka.

sumber: wa grup

09 Oktober 2017

Catatan taklim Tentang penulisan Taqdir


 Penulisan taqdir ada beberapa tahap:
1. 50.000 tahun seblm Allâh menciptakan langit dan bumi (HR Muslim)

2. Ketika manusia masih berada di alam  ruh (HR Mâlik dan Abû Dâwûd, dan Al-Hâkim berkata hadits ini sesuai dgn syarat Muslim)

3. Ketika manusia masih berupa mani di tulang shulbi ayahnya.
(HR Muslim)

4. Ketika manusia berusia 40 atau 45 hari di kandungan ibunya (HR Muslim)

5. Ketika manusia sdh berbentuk segumpal daging (sebagai mani 40 selama hari, lalu jadi segumpal darah, 40 selama 40 hari, dan jadi segumpal daging selama 40 hari juga, yaitu berusia 120 hari) (HR Muttafaqun 'alaih).

6. Penulisan taqdir tahunan (setahun sekali) pada Malam Qadar (Lailatul-Qadar). (Surah Al-Qadar ayat 4)

7. Penulisan taqdir harian (setiap hari). (Surah Ar-Rahmân ayat 29).

Jadi, taqdir adalah ketetapan yg tertulis berdasarkam ilmu Allâh. Semua sdh tercatat di 7 tahapan tsb. Jadi tdk ada suatu peristiwa yg terjadi tanpa pengetahuan (ilmu) Allâh, itulah makna taqdir.
Namun para 'ulama membagi taqdir menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Qadar
2. Qadhâ'.

Qadar adalah lingkaran taqdir yg berada di bawah kehendak manusia, spt beriman atau kafir (surah Al-Kahfi ayat 29), kaya atau miskin juga berada di bawah kehendak manusia. Hanya saja Allâh sdh tahu seseorg akan memilih beriman atau kafir, tapi pengetahuan Allâh thd pilihan manusia tdk bersifat memaksa.

Qadhâ' adalah lingkaran taqdir yg mengusai manusia, seperti siapa yg menjadi org tua manusia,  kebangsaan dan kesukuannya, itu merupakan pilihan Allâh, bukan pilihan manusia. Demikian juga mushibah spt kecelakaan, bencana alam dan semua peristiwa yg terjadi di luar kehendak dan kekuasaan manusia. Itulah makna Qadhâ'. Dan Qadhâ' hanya bisa dirobah dgn do'a, sebagaimana sabda Nabi saw:
Wa Lâ Yaruddul-Qadhâ-a Illâd-Du'â' (Dan tdk ada yg bisa merobah Qadhâ' kecuali do'a).

Bunuh diri adalah Qadar, artinya berada pada wilayah kehendak manusia, sama spt beriman atau kufur.
Mengucapkan insyâ Allâh adalah perintah Allâh, tdk ada hubungannya dgn keberhasilan sebuah rencana. Sama spt perintah shalat, banyak org yg tdk shalat tapi berhasil sukses kehidupan dunianya.

Sabar bukan sukap pasif dan lemah. Tapi sabar menurut terminologi syari'at ialah: sabar melaksanakan perintah Allâh termasuk ber-sungguh2 dlm semua urusan yg Allâh perintahkan, kemudian sabar dlm meninggalkan larangan Allâh, dan terakhir sabar dlm ujian Allâh.
Demikian semoga bisa dipahami.