26 Juni 2009

Target Ramadhan : TAQWA

Ibadah shaum Ramadhan adalah kewajiban bagi ummat Muhammad SAW. Bagi sebagian orang, shaum di bulan Ramadhan disambut dengan biasa saja dan merasa tak perlu persiapan khusus untuk menyambutnya, tetapi tidak bagi sebagian lain yang begitu antusias menanti kedatangannya. Pertanyaannya adalah : Apakah ibadah shaum Ramadhan kita selama ini sudah mencapai target yang diharapkan? (seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 183, yaitu agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa)

Tidak ada pilihan lain, berdasarkan ayat Allah tersebut, jelas sekali bahwa kita harus berupaya mengejar target untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa. Dibutuhkan keberanian untuk menilai diri sendiri secara jujur apakah shaum kita sudah sesuai dengan kehendak Allah mencapai tingkat ketaqwa-an?.

Apa ciri-ciri orang yang bertaqwa?

Di dalam surat AL-BAQARAH ayat 177 Allah berfirman :
“Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”

Di dalam surat ADZ-DZAARIYAAT ayat 15 – 18, Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, ◊ sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; ◊ Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; ◊ Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”

Jika ciri-ciri tersebut belum ada pada kita atau belum pada tingkat yang lebih baik, maka kita perlu kaji lebih jauh faktor penyebabnya. Kita bisa mulai dengan merenungkan hasil shaum Ramadhan kita tahun sebelumnya dengan jujur. Kita sama-sama ketahui bahwa shaum Ramadhan adalah cara untuk memproses diri setiap insan yang beriman untuk menjadi taqwa, dengan demikian kita perlu merenungi apa yang menjadi faktor penyebab tujuan shaum belum tercapai seperti yang diharapkan. Banyak yang kita perlu pertanyakan pada diri kita :

1. Apakah shaum kita hanya menahan dari yang membatalkan saja, tanpa memperhatikan kewajiban atau anjuran lainnya? Seperti bagaimana dengan shalat kita, apakah masih ada yang tertinggal ataukah hanya sekedar menjalankan (bukan mendirikan) shalat?
2. Apakah kita mampu menahan diri dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai puasa, seperti bergunjing, tidak sabar, tidak mampu menahan amarah, mensia-siakan waktu dengan aktivitas yang tidak bernilai ibadah atau tidak mampu meninggalkan kata-kata yang sia-sia seperti mengumpat, mencela atau bersuara keras-keras dalam senda gurau?
3. Apakah shalat malam kita terjaga penuh? Sudahkah kita perbanyak sedekah? Sudahkan kita keluarkan zakat? zikir kepada Allah? Ikut memakmurkan masjid?
4. Apakah niat kita benar-benar ikhlas untuk mencapai ridha Allah? Atau sibuk menghitung-hitung pahala dari setiap kebaikan yang kita kerjakan, lalu berbangga dengan kebaikan yang hanya sedikit itu?

Masih banyak lagi yang perlu kita pertanyakan pada diri kita sendiri, termasuk diantaranya adalah apakah kita masih mampu berbaik sangka kepada Allah dari setiap ujian yang sedang kita alami?

Kita perlu mengkaji lebih dalam bagaimana shaum Ramadhan mampu menciptakan insan yang bertaqwa. Kita perlu pahami hakikat shaum di bulan Ramadhan sehingga hal-hal yang mengurangi nilai-nilai shaum dapat kita hindari, agar setiap sikap dan kata-kata kita tidaklah sia-sia. Tidak ada salahnya untuk menumbuhkan motivasi dan niat yang kuat serta tulus semata-mata karena Allah, kita mulai merenungkan apa keistimewaan dan apa ganjaran bagi mereka yang bertaqwa.

Apa keistimewaan bagi orang-orang yang bertaqwa ?

1. Tipu daya mereka (orang-orang kafir) sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan bagi mereka. (QS 3:120)
2. Tidak ada pertanggungjawabab sedikitpun atas dosa-dosa mereka. (QS 6:69)
3. Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi. (QS 7:96)
4. Allah tetapkan rahmat-Nya untuk orang-orang yang bertaqwa (QS 7:156)
5. Diberi petunjuk oleh Allah dan dihapuskan segala kesalahan dan diampuni dosa-dosanya. (QS 8:29)
6. Perutusan yang terhormat dihari perhitungan. (QS 19:85)
7. Allah akan memberikan rizki. (QS 20:132)
8. Diberi keselamatan oleh Allah. (QS 41:18)
9. Dilindungi oleh Allah. (QS 45:19)
10. Diberi kemuliaan oleh Allah. (QS 49:13)
11. Diberi jalan keluar oleh Allah SWT. (QS 65:2)
12. Diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. (QS 65:3)
13. Dimudahkan urusannya oleh Allah SWT. (QS 65:4)
14. Dihapus segala kesalahannya dan dilipatgandakan pahalanya. (QS 65:5)

Apa ganjaran bagi orang-orang yang bertaqwa?

1. Surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan mereka kekal dan dikaruniai istri-istri yang disucikan dan keridhaan Allah. (QS 3:15); (QS 3:198);
2. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (QS 3:133)
3. Surga (taman-taman) dan berada di dekat mata air-mata air yang mengalir, yang didalamnya penuh kesejahteraan dan aman. Lenyapnya rasa dendam dihati mereka dan merasa bersaudara duduk berhadapan. Tidak merasa lelah di dalamnya dan tidak akan dikeluarkan daripadanya. (QS 15:45 - 48)
4. Surga ‘Adn mengalir dibawahnya sungai-sungai dan di dalamnya mendapatkan segala yang dikehendaki. (QS 16:31)
5. Mendapat tempat-tempat yang tinggi, diatasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. (QS 39:20)
6. Disambut oleh penjaga surga dengan seruan limpahan kesejahteraan. (QS 39:73)
7. Surga yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan. (QS 47:15)
8. Berada di taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. (QS 21:15-16)
9. Berada dalam surga dan penuh kenikmatan. (QS 52:17); (QS 68:34)
10. Mendapat kemenangan (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman), dan di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan dusta. (QS 78:31- 35).

Sungguh nikmat menjadi orang yang bertaqwa. Tidakkah kita ingin memperoleh keistimewaan dan ganjaran tersebut? Melalui shaum Ramadhan orang-orang yang beriman berproses untuk menjadi taqwa untuk memperoleh keistimewaan dan ganjaran yang dijanjikan Allah SWT. Tidak ada jalan lain kecuali memperlajari, memahami dan mengamalkan hakikat ibadah shaum Ramadhan ini dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Proses untuk menjadi taqwa hanya dapat ditempuh melalui :
1. Pengkajian (ta’lim) dengan mengakses informasi yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang shahih; kemudian,
2. Pemahaman (tafhim) berdasarkan hasil pengkajian dari sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan dan dicontohkan oleh Rasul SAW dan para sahabatnya; dan selanjutnya
3. Diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengamalkan sesuatu, tentunya karena ada dorongan niat yang begitu kuat dan tentunya dibekali oleh ilmu yang cukup yang tidak lain diperoleh lewat pemberdayaan akal melalui pengkajian dan perenungan ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat. Bagaimana mungkin suatu amal terwujud tanpa niat atau dorongan atau motivasi? Bagaimana mungkin niat tumbuh tanpa pengetahuan? Amal hanya terjadi karena tumbuhnya niat dan niat tumbuh karena ilmu.

Pilihan ada pada diri kita masing-masing, apakah kita ingin (a) berpuasa sekedar menahan lapar, haus dan seks di waktu yang ditentukan; ataukah (b) selain (a) juga mempuasakan ucapan, penglihatan, pendengaran, perbuatan dan langkah kita; atau (c) selain itu semua juga mempuasakan hati (hawa nafsu) kita? Allah sudah tahu apa yang akan kita pilih, tetapi Allah Maha Bijaksana memberikan kebebasan pada hamba-Nya untuk menentukan pilihannya.

Mari kita Jelang Ramadhan dengan semangat baru menuju TAQWA.
Marhaban Yaa Ramadhan…


Djoko Priambodo

17 Juni 2009

SALMAN AL FARISI, pencetus ide pembuatan parit

Dia datang dari Persi, dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu’min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang keilmuan dan keagamaan, maupun dalam ilmu pengetahuan dan keduniaan.

Peristiwa perang Khandaq, terjadi pada tahun ke 5 hijrah. Pasukan tentara kafir tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka.

Kaum muslimin sadar keadaan mereka, ketika itulah tampil seorang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah saw. Itulah dia Salman Al Farisi! Di Persi, Salman telah mempunyai pengalaman luas tentang taktik berperang. Maka dia mengusulkan kepada Rasulullah saw, untuk membuat khandaq atau parit disekeliling kota, untuk melindungi daerah terbuka.

Ketika pasukan Quraisy melihat adanya parit, mereka sangat terkejut dan tidak bisa berbuat banyak hingga mereka harus berkemah selam sebulan karena tidak berdaya menerobos ke dalam kota. Dan sampai suatu malam Allah Ta’ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada pasukan untuk pulang ke kampong mereka, dalam keadaan kecewa dan putus asa serta menderita kekalahan yang sangat pahit.

Referensi: Karakteristik perihidup sahabat Rasulullah, Khalid Muh Khalid

16 Juni 2009

Termasuk Syirik: Istighatsah Atau Doa Kepada Selain Allah

Firman Allah 'Azza wa jalla (artinya):
"Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu; jika kamu berbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, adalah termasuk orang-orang yang zhalim (musyrik)." (Yunus: 106)

"Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang jika Allah menghendaki untukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya, Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya. Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yunus: 107)

"Sesungguhnya mereka yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu kepada Allah dan sembahlah Dia (saja) serta bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu sekalian dikembalikan." (Al-Ankabut: 17)

"Dan tiada yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada sembahan-sembahan selain Allah, yang tiada dapat memperkenankan permohonannya sampai hari Kiamat dan sembahan-sembahan itu lalai dari (memperhatikan) permohonan mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan mereka." (Al-Ahqaf: 5-6)

"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan di saat ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu sekalian menjadi khalifah di bumi? Adakah sembahan (yang haq) selain Allah? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya)." (An-Naml: 62)

Ath-Thabarani, dengan menyebutkan sanadnya, meriwayatkan bahwa: "Pernah terjadi pada zaman Nabi saw ada seorang munafik yang selalu menyakiti orang-orang mukmin, maka berkatalah salah seorang diantara mereka: "Marilah kita bersama-sama ber-istighatsah kepada Rasulullah saw supaya dihindarkan dari tindakan buruk orang munafik ini."
Ketika itu, bersabdalah Nabi saw:
"Sesungguhnya tidak boleh ber-istighatsah kepadaku, tetapi istighatsah itu seharusnya hanya kepada Allah saja."