11 Mei 2020

Mentafsir dan Mentadabbur A Qur'an

( Debby Nasution, Rahimahullaah )

Nabi saw bersabda:
‎أَبْشِرُوْا فَإِنَّ هَذَا الْقُرْأنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللَّهِ وَ طَرْفُهُ بِأَيْدِكُمْ. فَتَمَسَّكُ بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُ وَ نْتَضِلُّ بَعْدَهُ أَبَدًا
"Absyirû Fa Inna Hadzal-Qur-ana Tharfuhu Biyadillâhi Wa Tharfuhu Bi Aidikum. FaTamassaku Bihi Fa Innakum Lan Tahliku Wan Tadhillu Ba'dahu Abadan".
Artinya :
”Bergembiralah kalian, karena Al-Qur’-ân ini ujungnya di tangan Allâh, dan ujung yang satu di tangan kalian. Berpegang teguhlah dengan-nya, karena kalian tidak akan binasa dan tidak akan sesat setelah berpegang teguh dengan-nya”.
(HR Thabrâni)

Ada 3 kesimpulan penting dari hadits yang luar-biasa ini :
1. Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân, karena ia merupakan satu-satunya tali penghubung dengan Allâh.
2. Perintah untuk berpegang teguh dengan-nya (Al-Qur’-ân), bagaimana caranya ? Insya Allâh akan kita bahas.
3. Jaminan dari Nabi saw, bahwa siapa-pun yang berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân tidak akan binasa dan tidak akan tersesat selamanya.

Perintah untuk bergembira dengan Al-Qur’-ân menunjukkan bahwa Al-Qur’-ân merupakan anugerah Allâh yang luar-biasa bagi manusia, sebagaimana disebutkan dalam surah Yunus (10) ayat 57 :
‎يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
”Ya Ayyuhan-Nâsu Qad Jâ-at Kum Mau'izhatun Min Rabbikum Wa Syifâ-un Limâ Fish-Shudûr Wa Hudan Wa Rahmatun Lil-Mu'minîn”.
Artinya :
”Wahai manusia, sungguh telah datang pelajaran (Al-Qur’-ân) dari Rabb kalian, dan obat bagi apa saja (penyakit) di dalam hati, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mu'min”.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’-ân adalah : Pelajaran yang sangat berharga yang datang dari Allâh dan amat dibutuhkan oleh manusia, dan juga obat mujarab bagi seluruh penyakit batin, serta pedoman hidup dan rahmat Allâh bagi orang-orang mu'min.

Pada Surat Yunus (10) ayat 58 Allâh berfirman :
‎قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
”Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”. Qul Bi Fadhlillâhi Wa Bi Rahmatihi Fa Bidzâlika Fal-Yafrahû, Huwa Khairun Mimmâ Yajma'ûn”.
Artinya :
"Katakanlah (Muhamad) : Dengan karunia Allâh dan rahmat-Nya (yaitu Al-Qur’-ân), hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu (yaitu Al-Qur’-ân) lebih baik dari apa saja (harta) yang mereka kumpulkan”.

Sehubungan dengan inilah Nabi saw bersabda :
أَلْقُرْأَنُ غِنًا وَ لاَ غِنًا دُوْنَهُ وَ لاَ فَقْرًا بَعْدَهُ
”Al-Qur’-ânu Ghinan Wa La Ghinan Dunahu Wa La Faqra Ba'dahu”.
Artinya :
"Al-Qur’-ân itu adalah kekayaan, tidak ada kekayaan selain Al-Qur’-ân dan tidak ada kefaqiran setelahnya”.
(HR Thabrâni).

Hadits ini menegaskan bahwa tidak ada kekayaan yang bisa menandingi Al-Qur’-ân dan bagi orang yang telah memiliki pemahaman Al-Qur’-ân tidak akan tertekan oleh kebutuhan lain.


Berpegang Teguh Pada Al-Qurân

(Bagaimana Maksudnya.?)

Nabi saw memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân dalam sabdanya :
فَتَمَسَّكُ بِهِ
”Fa Tamassaku Bihi”.
Artinya :
"Maka berpegang teguhlah kalian dengan-nya (Al-Qur’-ân)”.

Bagaimana caranya ? Menurut para ulama, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân :

Pertama : Tafsir.
Makna Tafsir ialah: Menyingkap(Al-Kasyfu), Keterangan yang jelas (Al-Bayanu), Penjelasan (Al-Idhahu) dan Informasi yang luas (Asy-Syarhu).

Sa'id bin Jubair (seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’în) pernah berkata :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْأَنَ ثُمَّ لَمْ يُفَسِّرْهُ فَ هُوَ كَلْأَعْمَ أَوْ كَلْأَءْرَبِ
”Man Qara-al-Qur’-âna Tsumma Lam Yufassirhu Kal-A'ma aw Kal-A'rabiy”.
Artinya :
”Siapa-saja yang membaca Al-Qur’-ân namun ia tidak menafsirkannya, maka ia seperti orang buta atau orang pedalaman (badui)”

Makna Tafsir ialah :
1. Al-Kasyfu (Menyingkap)
2. Al-Bayanu (Keterangan yang jelas)
3. Al-Idhahu (Penjelasan yang mendalam)
4. Asy-Syarhu (Penjelasan yang luas).

Adapun dasar ilmu tafsir ialah :
- Penafsiran ayat dengan bahasa (yaitu bahasa 'Arab),
- Penafsiran ayat dengan sunnah (hadits yang shahih),
- Penafsiran ayat dengan ayat, dan
- Penafsiran ayat berdasarkan asbabun-nuzul (sejarah atau historis turunnya ayat).

Jadi hanya dengan Tafsir atau mempelajari tafsir Al-Qur’-ân kita dapat memahami kandungan Al-Qur’-ân. Dan ini merupakan langkah awal untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

Adapun langkah berikutnya adalah "Tadabbur" yang arti singkatnya : "Menghayati", dan Insyâ Allâh akan kita bahas secara rinci.

Adapun makna Tadabbur Al-Qur’-ân menurut para 'ulama ialah :

تَفَهُّمُ مَعْنَ أَلْفَزِهِ وَ تَفَكُّرُ فِي مَا تَدُلُّ عَلَيْهِ مِنَ الإِشَرَةِ وَ التَّنْبِهَتْ
”Tafahhumu Ma'na Alfazhihi Wa Tafakkuru Fi Ma Tadullu 'Alaihi Minal-Isyarat Wat-Tanbihat”.
Artinya :
”Memahami makna kata demi kata/lafazh-lafazh dari ayat-ayatnya dan merenungkan apa saja yang ditunjukkan olehnya (ayat), baik berupa isyarat maupun peringatan”.

Inilah tahap kedua dalam pelaksanaan berpegang teguh dengan Al-Qur’-ân.

sumber: WAG ASA

06 Mei 2020

Kajian RAMADHAN: Tingkatan Shaum

Kajian RAMADHAN
(Debby Nasution)

"Laisash-shiyâmu minal akli wasy-syarabi,Innamash-shiyâmu Minal-laghwi war-rafatsi"
Artinya ;"Shiyam (puasa) itu bukan -- sekedar menahan -- makan dan minum ; tetapi Shiyam adalah menahan -- diri -- dari perbuatan (kelakuan) yang sia-sia dan ucapan kotor (H.R. Al-Hakim dan Al-Baihaqî).

Inilah makna hakiki dari Shiyam yang sangat sesuai dengan maknanya secara etimologi.

Dari makna yang hakiki inilah para 'Ulama membagi Shiyam -- pada tatanan aplikasinya -- menjadi 3 (tiga) tingkatan.

1. Tingkat pertama ;
Shaumul - Awwâm .
Artinya : shaumnya orang awam ;
yang pelaksanaan shaumnya hanya dilandasi oleh pengertian sekedar menahan makan & minum.
Artinya, mereka memahami makna shaum adalah (cukup) sekedar  menahan lapar & haus.
Sebuah pemahaman yang sangat dangkal sekali.

Imam Al-Ghazali mengatakan inilah Shaum yang tidak memberikan hasil, tidak ada peningkatan Iman dan Taqwa Bagi pelakunya, sebagaimana Sabda Nabi Shallallâhu 'alayhi wa sallam: " Kam Min Shâim, wa Laisa lahu illal-'Athasy wal-juu' "
Artinya ; " Banyak orang yang melakukan Shaum, tapi tidak ada hasil apa2  kecuali -- hanya -- haus dan lapar saja".
Inilah Shaumul-'Awwaam. 

2. Tingkat kedua :
صوم الخواص
Shaumul-Khawaash
artinya: Puasa orang2 yang istimewa, yaitu puasa yang dilaksanakan dengan pengertian menahan diri dari makan dan minum dan dibarengi dengan melakukan kontrol yg ketat terhadap omongan dan kelakuan agar tdk terjerumus kepada omongan dan kelakuan yg diharamkan oleh agama.

Puasa pada tingkatan inilah yang dapat mencapai target, yaitu: Taqwa.

3. Tingkat ketiga :
صوم الخواص الخواص
Shaumul-Khawaashil-Khawaash , artinya : Puasa nya orang2 yang sangat istimewa, yaitu puasa yang  tidak terbatas pada menahan lapar dan haus serta melakukan kontrol ketat terhadap omongan dan kelakuan, tapi masih ditambah lagi dengan menahan hati untuk tetap berdzikir kepada Allâh, tidak memberi ruang bagi masalah2 dunia.
Inilah puncak tertinggi dalam pelaksanaan Shaum..

01 Mei 2020

Sirah Nabi Bag 160: Rasulullah ﷺ Nabi Terakhir


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Rasulullah ﷺ Nabi Terakhir

Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang tedapat pada Taurat mengenai soal aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut paut dengan hukum ada sedikit perubahan yaitu kelonggaran dari yang dahulu.

Kepercayaan dan aqidah yang dibawa oleh seorang Nabi berfungsi menguatkan dan mendukung aqidah para nabi yang terdahulu.
Sedangkan syari'at fungsinya membatalkan dan mengganti syari'at para nabi sebelumnya dan kadang kalanya mendukung yang lama.
Karenanya agama dan aqidah Ilahi hanya satu, sebaliknya ada berbagai syari'at Ilahi yang kemudian menggantikan syari'at yang dahulu (yang baru membatalkan yang lama), dengan syari'at terakhir yang diakhiri oleh Nabi yang terakhir.

'Aqidah dan agama yang benar itu hanya satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutus mulai dari Adam عليه السلم hingga ke Nabi Muhammad ﷺ semuanya menyeru manusia kepada agama yang satu yaitu agama Islam.
Karena Islam, maka diutus Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub عليه السلم seperti firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ اِبۡرٰہٖمَ اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ

"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh."
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:130}

اِذۡ قَالَ لَہٗ رَبُّہٗۤ اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ

"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:131}

وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ؕ

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:132}

Dengan aqidah inilah juga Allah ﷻ mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di mana Allah ﷻ telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ ۚ

"Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali."
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:125}

وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا ؕ رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ ٪

"Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (kepada-Mu)".
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:126}

Dengan aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, Tuhan telah menceritakan tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى :

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰهِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:52}

اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:19}

Dan tegas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  dalam surah Syura :

شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu"
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}

وَ مَا تَفَرَّقُوۡۤا اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ لَوۡ لَا کَلِمَۃٌ سَبَقَتۡ مِنۡ رَّبِّکَ اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی لَّقُضِیَ بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اُوۡرِثُوا الۡکِتٰبَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ مُرِیۡبٍ

"Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu."
{Asy-Syura (الشورى) / 42:14}

Para nabi diutus bersama-sama mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab mengetahui bahwa agama itu satu dan diutus nabi-nabi untuk  memberi dukungan kepada nabi-nabi yang terdahulu.

         Bersambung.

Sirah Nabi Bag 159: Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir

Telah timbul selisih pendapat di antara para sahabat sebelum mengafani, mengenai siapa yang akan ditunjuk menjadi khalifah. Pembahasan dan perdebatan terjadi di antara kaum Muhajirin dan Anshor di halaman rumah Bani Sa'adah, yang akhirnya mereka semua setuju melantik Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah. Pembahasan dan perdebatan ini memakan waktu hingga petang di hari Senin, bahkan sampai masuk ke malam berikutnya, menyebabkan semua orang sibuk.
Pemakaman tubuh Rasulullah tertunda hingga ke malam Selasa bahkan hingga menjelang subuh hari berikut,  tubuh Rasulullah yang penuh berkah itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Rasulullah menutup pintu rumahnya.
Pada hari Selasa barulah tubuh Rasulullah ﷺ dimandikan, tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Rasulullah adalah Abbas, Ali, Fadhl dan Qatham (anak Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khawli.

Abbas, Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah, Usamah dan Syaqran menyiramkan air, Ali menggosoknya sedang Aus menyandarkan Rasulullah ke dadanya.
Kemudian mereka semua mengafani tubuh Rasulullah ﷺ dengan tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Yaman, tidak berbaju atau berserban. Pengafanannya dilakukan dengan cermat dan hemat.

Terjadi perbedaan pendapat lagi mengenai tempat pemakaman jenazah Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar berdiri dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah ﷺ pernah berkata: Tidak dimatikan - nabi kecuali di tempat itulah ia disemayamkan".
Karena itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah ﷺ dan menggalinya untuk liang lahad sebagai tempat penguburan.
Sebelum penggalian, kaum muslimin datang masuk membanjiri ke kamar Rasulullah ﷺ dengan bergantian sepuluh, sepuluh, untuk menunaikan sholat jenazah, masing-masing tanpa imam. Sebelumnya, keluarga Rasulullah telah menyolati almarhum, kemudian Muhajirin lalu diikuti oleh Anshor.

Kaum wanita sholat setelah kaum lelaki selesai, dan diakhiri oleh remaja dan anak-anak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari penuh, bahkan hingga ke malam Rabu.
Kata Aisyah: "Kami tidak menyadari akan pemakamannya, kecuali setelah kami mendengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.


Muhammad ﷺ Nabi Yang Terakhir

Nabi Muhammad ﷺ adalah Nabi yang ter-akhir dan tidak akan ada Nabi setelahnya. Ini adalah kesepakatanumat Islam (ijma'). Di dalam agama pun merupakan hal harus dipercayai ('Aqidah).
Hadits Nabi:

"Aku dan Para nabi sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibangun oleh seorang laki-laki. Lalu ia memeliharanya dengan baik dan terus disempurnakan kecuali tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang banyak datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan sepotong batu-bata di tempat yang kosong itu, maka akulah batu-bata itu dan akulah yang paling akhir dari segala Nabi".

Ada kesinambungan dakwah Nabi Muhammad ﷺ dengan dakwah para Para nabi sebelumnya, Muhammad sebagai nabi terakhir melengkapi dakwah yang dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya, sebagaimana Hadits di atas. Ini jelas sekali bila melihat dakwah para nabi.

Semua Para nabi menyandarkan dua asas penting ini:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Hukum dan akhlaq.

Dari segi aqidah kepercayaan tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam sampai ke zaman Nabi Muhammad ﷺ, Nabi yang terakhir, yaitu
kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dan percaya akan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka.

Setiap Nabi menyeru kaumnya pada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga membantu dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu.
Seluruh rangkaian utusan para nabi, semuanya menunjukkan kepada kita bahwa semua nabi di utus agar menyeru manusia kepada keimanan dengan Allah عز وجل Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam kitabnya:

شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ وَ مَا وَصَّیۡنَا بِہٖۤ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی وَ عِیۡسٰۤی اَنۡ اَقِیۡمُوا الدِّیۡنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوۡا فِیۡہِ ؕ کَبُرَ عَلَی الۡمُشۡرِکِیۡنَ مَا تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَیۡہِ ؕ اَللّٰہُ یَجۡتَبِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ وَ یَہۡدِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یُّنِیۡبُ

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}

Sehingga tergambar kepada kita bahwa para nabi itu tidak akan menyampaikan aqidah yang berlainan di antara satu dengan yang lain. Karena soal aqidah adalah soal wahyu.
Hukum (ahkam) bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. serta berguna bagi manusia. untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Utusan Allah yang terdahulu hanya diperuntukkan kaumnya saja, bukan utusan untuk seluruh manusia.
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa lebih sederhana dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam kitab Alquran:

وَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ لِاُحِلَّ لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ حُرِّمَ عَلَیۡکُمۡ وَ جِئۡتُکُمۡ بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ ۟ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوۡنِ

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
{Ali 'Imran: 3: 50}

Bersambung

Sirah nabi Bag 158: Nazak (sakaratul maut) سكرة الموت


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Nazak (sakaratul maut) سكرة الموت

Saat nazak mendatangi Rasulullah ﷺ,  Aisyah membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar di dadanya. Hal ini dia  ceritakan olehnya:

"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat  Rasulullah meninggal di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur  Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.

Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah bersandar, kulihat Rasulullah memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah suka akan siwak (sugi) tersebut.
Maka aku bertanya :

"Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?"

Rasulullah pun mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras dan aku berkata:

"Biarkan aku melunakkannya?"

Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah pun bersugi dengannya".

Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersugi dengan sepuas-puasnya, pada waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ memasukkan tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata :

"Sebenarnya kematian ini ada sakaratnya"
- hadits -.

Tidak berapa lama setelah Rasulullah ﷺ selesai menyugi giginya, Rasulullah ﷺ pun mengangkat tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ﷺ seperti berikut:

"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku, letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
"
Rasulullah ﷺ mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah ﷺ pun layu turun ke bawah, maka Rasulullah ﷺ pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.

  انا لله وانا اليه راجعون

inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali".
(Q.S. Al-Baqarah : 156)

Peristiwa meninggalnya Rasulullah ﷺ ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik, pada hari Senin dua belas (12) Rabi'ul Awwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia Rasulullah ﷺ genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.

Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat

Kini berita meninggalnya Rasulullah ﷺ yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram
menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:

"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah ﷺ ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari meninggal Rasulullah ﷺ".

Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ puteri Rasulullah, Fatimah رضي الله عنها telah mengucapkan suatu ungkapan :

"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"


Sikap Umar

Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa dia telah mengigau dengan berkata:

"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.


Pendirian Abu Bakar

Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah ﷺ yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah ﷺ sambil menangis dan berkata:

"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".

Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata:

"Wahai Umar silakan duduk"

Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:

"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".

Kemudian dia membaca ayat Allah ﷻ :

وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ الرُّسُلُ ؕ اَفَا۠ئِنۡ مَّاتَ اَوۡ قُتِلَ انۡقَلَبۡتُمۡ عَلٰۤی اَعۡقَابِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّنۡقَلِبۡ عَلٰی عَقِبَیۡہِ فَلَنۡ یَّضُرَّ اللّٰہَ شَیۡئًا ؕ وَ سَیَجۡزِی اللّٰه الشّٰکِرِیۡنَ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:144}

Kata Ibn Abas:

"Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang banyak pun menerima dan membacanya."

Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:

"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".

Bersambung

Sirah Nabi Bag 157: Sebelum Meninggal


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Sebelum Meninggal

Di hari Khamis yaitu empat hari sebelum meninggal, sakit Rasulullah semakin berat, Rasulullah ﷺ meminta:

"Tolong bawa ke mari alat tulis, aku akan menulis untukmu wasiat, dengan wasiat itu kamu tidak akan sesat setelah itu".

Di dalam rumah ketika itu ada beberapa sahabat di antara mereka adalah Umar Ibn Khattab, dan dia berkata :

"Kini Rasulullah mengalami kesakitan yang dahsyat, bukankah sudah ada Alquran, sudah cukup dengan kita kitab Allah itu".

Ahli keluarga Rasulullah ﷺ berselisih pendapat, di antara mereka mengatakan :

"Ayo berikan sesuatu untuk Rasulullah tulis".

Dan di antara mereka ada juga mengatakan sebagaimana pendapat Umar. Hingga terjadi silang pendapat di antara mereka, kemudian Rasulullah ﷺ berkata:

"Ayo! Kamu semua keluar dari sini".

Di hari itu Rasulullah ﷺ membuat tiga wasiat yaitu:

~ Rasulullah ﷺ berpesan agar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin di keluarkan dari Semenanjung Tanah Arab, selanjutnya

~ Rasulullah ﷺ berpesan agar membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Rasulullah ﷺ lakukan.

~ Adapun wasiat yang ketiga agar berpegang dengan kitab Allah ﷻ dan sunnah Rasulullah ﷺ,  meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah,  dan perintah untuk sholat dan membuat hubungan baik dengan sesama umat.

Walaupun nabi ﷺ dalam keadaan sakit namun Rasulullah ﷺ kemudian sholat, menjadi imam sholat berjamaah, Di hari itu Rasulullah ﷺ sholat maghrib dengan membaca surah "Mursalat".

Ketika waktu sholat Isya' sakit Rasulullah ﷺ bertambah berat, menyebabkan Rasulullah ﷺ tidak berdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah:

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Apakah orang-orang sudah sholat?".

Kata kami:

"Tidak wahai Rasulullah, mereka semua sedang menunggu paduka".

Kata Rasulullah lagi :

"Sediakan air di dalam panci itu".

Kami pun melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah, dengan air itu Rasulullah pun bersuci, dan berdiri namun Rasulullah kemudian setengah pingsan kemudian masih bertanya pula:

"Apakah orang-orang sudah sholat."

Kejadian pingsan ini berulang kali terjadi seperti yang pertama yaitu setelah Rasulullah bersuci, akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengimami sholat orang banyak.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah Rasulullah ﷺ mengimami orang banyak untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu sholat, ketika Rasulullah masih hidup.

Aisyah telah meminta Rasulullah ﷺ memberikan petunjuknya, agar imam masjid bisa dilakukan orang lain, agar orang banyak tidak mempunyai anggapan tidak baik, namun Rasulullah ﷺ tetap menolak dan berkata:
"Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusuf, banyak berdalih, ayo suruh Abu Bakar sholat menjadi imam."


Sehari Sebelum Wafat

Di hari Ahad nabi ﷺ merasa dirinya ringan sedikit, kemudian Rasulullah ﷺ keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam, terlihat Rasulullah ﷺ mundur ke belakang, tetapi Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar dia jangan mundur, Rasulullah ﷺ menyuruh dua orang yang membantu Rasulullah ﷺ agar mendudukkan Rasulullah ﷺ sebelah Abu Bakar, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah ﷺ di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah ﷺ di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada para jamaah.

Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah ﷺ memerdekakan semua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah ﷺ miliki pada saat itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah ﷺ tergadai pada seorang Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.


Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah ﷺ

Anas bin Malik meriwayatkan:

Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah ﷺ dari sebelah tabir kamar Aisyah Rasulullah ﷺ melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di belakang, karena dia menyangka Rasulullah ﷺ akan keluar sholat.

Kata Anas lagi:

Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah ﷺ, namun Rasulullah ﷺ memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu Rasulullah ﷺ melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah ﷺ tidak memiliki kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.

Ketika siang semakin cerah Rasulullah ﷺ menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya,  yang menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah ﷺ memanggil Fatimah lagi dan membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum,
kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?.
Jawab Fatimah:

"Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah membisikkan bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang menyebabkan aku tersenyum".

Selain itu Rasulullah ﷺ juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia adalah Nisa' 'Alamin (Penghulu Wanita Dunia).
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah ﷺ terlalu berat. Dia berkata:

"Alangkah berat cobaan bapak".

Jawab Rasulullah ﷺ:

"Tidak ada cobaan lagi untuk bapakmu setelah hari ini".

Di saat ini Rasulullah ﷺ memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah ﷺ mencium keduanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah ﷺ menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.

Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah ﷺ sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah ﷺ berkata:

"Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun".

Rasulullah ﷺ mewasiatkan orang banyak dengan sabda beliau ﷺ :

"Sholat, sholat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu".

Rasulullah ﷺ mengulangi ungkapan ini berkali-kali.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 156: Firasat Perpisahan


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Firasat Perpisahan

Setelah Dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ﷺ melalui perkataan dan perbuatannya.

Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah ﷺ beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari.

Di waktu itu Jibril عليه السلم mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mengulang tadarus Alquran sebanyak dua kali.

Di dalam Hajji Wada' Rasulullah ﷺ telah menyebut:

"Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu lagi setelah pertemuan kita di tahun ini".

Ketika di Jamrah Aqabah Rasulullah ﷺ berkata:

"Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini".

Surah Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematian beliau ﷺ.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat."
{An-Nasr (النصر) / 110:1 s/d 3}

Di permulaan Safar tahun sebelas (11) Hijriah Rasulullah ﷺ keluar menuju ke Uhud, Rasulullah ﷺ sholat untuk para syuhada' sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang hidup dan yang mati, dari Uhud Rasulullah ﷺ kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan bersabda:

"Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu, sesungguhnya aku adalah melihat kamu semua, demi Allah waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari perkiraan), aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah kematianku, tetapi aku takut kamu berlomba-lomba karena dunia".

Di suatu malam Rasulullah ﷺ keluar menuju ke pemakaman Baqi', di sana Rasulullah ﷺ memohon ampunan untuk penghuni di kubur dengan doa beliau ﷺ:

"Assalamulaikum wahai penghuni kubur, tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu, dengan apa yang terjadi pada orang lain, kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang gelap pekat, ujungnnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya".

Di sini Rasulullah ﷺ menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabda beliau ﷺ:

"Sesungguhnya aku menyusul datang setelah kamu"


Permulaan Sakit

Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah, pada hari Senin, Rasulullah ﷺ berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi'. Di pertengahan jalan sekembalinya dari Baqi', Rasulullah ﷺ merasa sakit kepala, panasnya terlalu tinggi, orang di sekitar Rasulullah ﷺ ikut merasakan panasnya, terutama di atas kain balutan di kepala Rasulullah ﷺ yang mulia itu.

Namun demikian Rasulullah ﷺ kemudian sholat dengan para kaum muslimin dalam keadaan Rasulullah ﷺ mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Rasulullah ﷺ tiga belas (13) hari.


Pekan Terakhir

Sakit Rasulullah ﷺ semakin berat, isteri-isterinya berkata:

"giliranku besok? giliranku besok?".

Akhirnya, semuanya memahami keadaan Rasulullah ﷺ, karena itu Rasulullah ﷺ dipersilakan untuk duduk saja.
Kemudian Rasulullah ﷺ minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah ﷺ berjalan di papah antara Fadlu bin Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah ﷺ masih tertutup dengan kain, menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah ﷺ memasuki rumah Aisyah, di situ Rasulullah ﷺ  menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu.

Aisyah رضي الله عنها kemudian membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia terima dari Rasulullah ﷺ. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ﷺ dan mengusap dengan tangan Rasulullah ﷺ untuk mendapatkan keberkatan.


Lima hari sebelum meniggal

Pada hari Rabu yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah ﷺ semakin meningkat,  Rasulullah ﷺ semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah ﷺ meminta dengan sabdanya:

"Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka".

Sahabat-sahabat yang hadir di situ membiarkan  Rasulullah ﷺ duduk di atas tikar kemudian mereka mencucuri air ke seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah ﷺ berkata: "cukup, cukup".

Pada saat itu Rasulullah ﷺ merasa sakitnya berkurang, kemudian Rasulullah ﷺ memasuki Masjid sedang kepalanya masih terbalut dengan kain, lalu Rasulullah ﷺ duduk di atas mimbar dan menyampaikan kata-kata kepada orang banyak.
Ketika itu para sahabat dan khalayak pun mengerumuni, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

"Laknat Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"

Dalam riwayat yang lain :

"Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"
dan sabdanya:

"Jangan sekali-kali kamu menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah"

Tidak lupa Rasulullah ﷺ menawarkan kepada khalayak untuk menuntut bela kepada dirinya dengan berkata:

"Siapa di antara kamu yang telah aku pukul belakangnya, ini belakangku siap untuk menerima balas pemukulan, dan siapa pun yang telah aku caci maki harga dirinya, nah ini dia harga diriku siap, untuk yang menuntut balas".

Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari minbar dan menunaikan sholat Dzuhur dan kembali duduk di atas mimbar mengulangi soal pembalasan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir berkata:

"Rasulullah ﷺ telah berhutang dari aku sebanyak tiga dirham yang belum jelas"
Maka kata Rasulullah ﷺ: "Fadhl! Jelaskan kepadanya".

Kemudian Rasulullah ﷺ mewasiatkan dan berpesan kepada orang-orang Anshor dengan sabd beliau ﷺ :

"Aku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Anshor, mereka itu adalah perut dan bekal untukku, mereka telah melaksanakan kewajiban mereka, yang belum terlaksana adalah hak mereka. Untuk itu balaslah kebaikan mereka dan beri maaf kesalahan mereka"

Beliau ﷺ pula:

"Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sisi-Nya, di sini aku telah memilih kedudukan di sisi-Nya"

Kemudian Rasulullah ﷺ  pun berkata pula:

"Sesungguhnya orang yang paling selamat dalam bersahabat dan juga merupakan hartaku adalah Abu Bakar, seandainya aku harus mengambil teman selain dari Allah niscaya aku memilih Abu Bakar. tetapi dia adalah saudara, dan mempunyai hubungan dekat di dalam Islam, karena itu semua pintu rumah ke masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar."

Bersambung

Sirah Nabi Bag 155: Khotbah di Hari Nahr


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Khotbah di Hari Nahr

Di hari penyembelihan yaitu hari kesepuluh Dzulhijjah, setelah waktu Dhuha Rasulullah ﷺ menyampaikan khotbah dari atas kendaraannya, "Syahba" (jelaskan) sedang Ali bin Abi Talib menyuarakan dengan lantang kepada orang banyak.
Sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri.
Di dalam khutbahnya Rasulullah mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin.
Syaikhan (dua orang Syeikh Hadits: Bukhari dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya:
Bahwa Rasulullah ﷺ telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan) dengan sabdanya:
"Sesungguhnya peredaran waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati putaran sesuai pada hari penciptaan langit dan bumi.  Setahun dua belas bulan, empat darinya adalah bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah dan Muharam. sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadilakhir dan Syaaban "
Sabdanyanya lagi: Ini bulan apa ?
Jawab hadirin: "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui," Rasulullah ﷺ pun diam sesaat, sampai kami mengira Rasulullah akan menamakannya dengan satu nama lain.
"Tidaklah, ini bulan Dzulhijjah?"
Jawab kami: "Benar."
Tanya Rasulullah lagi: "Negeri ini, negeri apa?"
Jawab kami: "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui."
Sabda Rasulullah: "Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai "Baldah" ?
Kata kami semua: "Benar.
Tanya Rasulullah lagi. "Kita ini di hari apa?"
Kata kami; "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui."
Rasulullah berdiam sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama baru.
Kemudian sabda Rasulullah: "Tidakkah hari ini hari Nahr hari sembelihan qurban?."
Jawab kami: Benar"

Selanjutnya Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya darahmu, hartamu dan harga dirimu adalah haram di atas kamu sekalian, sama seperti haramnya harimu ini, di bumimu ini dan di bulanmu ini." "Dan kamu akan menemui Tuhanmu dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu, ingatlah agar jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti di seuntukan kamu saling bunuh sendiri kepada sesama"
Tidakkah telah aku sampaikan?
Jawab mereka: Ya!.
Kata Rasululah ﷺ: "Ya Allah Ya Tuhanku saksikanlah, akankah yang hadir di antara kamu ini akan menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena bisa jadi yang menyampaikan itu lebih memahami dari pada yang mendengar"

Rasulullah tinggal di Mina selama hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadah dan mengajarkan hukum-hukum syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya.
Rasulullah ﷺ juga menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik,

Dari  Abu Daud dengan sanad hadits hasan, riwayat Sarra' binti Nubhan telah berkata: "Rasulullah ﷺ telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan: Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik.
Sabda Rasulullah itu seperti sabdanya di hari "Nahr" sabda ini disampaikan setelah diturunkan surah Nasr.

اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰہِ وَ الۡفَتۡحُ ۙ
وَ رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ دِیۡنِ اللّٰہِ اَفۡوَاجًا ۙ
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ تَوَّابًا ٪
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
{An-Nasr (النصر) / 110:1 s/d 3}
Di hari Nafar Thani yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasulullah ﷺ keluar dari Mina bergerak menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasulullah menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya, Rasulullah ﷺ telah menunaikan sholat dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya'. Setelah itu Rasulullah berbaring, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ka’bah, di sana Rasulullah melakukan thawaf wada'.

Setelah selesai mengerjakan ibadah hajinya, Rasulullah ﷺ dengan tergesa menaiki untanya dan pulang ke Madinah Mutahharah. Ini dilakukan karena akan memberi kesempatan kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di jalan Allah.


Unit terakhir Pengiriman

Sikap keangkuhan kerajaan Roma yang tidak mau menerima kehadiran Islam di negaranya inilah yang membawa Roma membunuh rakyatnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana tindakannya kepada Farwah bin Juzami Gubernur yang dilantik oleh Roma untuk daerah Maan, dibunuh karena memeluk Islam.

Rasulullah melihat peristiwa ini dengan sungguh-sungguh, sikap Roma yang sombong dan keras kepala itu membuat Rasulullah segera mempersiapkan satu angkatan yang besar pada bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah.
Usamah bin Zaid telah diberi tanggungjawab untuk memimpin angkatan ini. Rasulullah memerintah agar Usamah memasuki perbatasan Balqa' dan Darom di bumi Palestina dengan tujuan untuk menggertak Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang berbatasan dengan Roma, agar mereka mengetahui bahwa kebiadapan Roma itu tidak bisa dibiarkan  terjadi begitu saja, di samping untuk menghapus sindrom, yang konon katanya memeluk Islam hanya akan membawa kematian.

masyarakat menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid karena dia merupakan pemimpin tentara Islam yang masih muda, bahkan mereka mengharapkan agar ditunda keberangkatannya.

Di sini Rasulullah ﷺ mengulas dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sekiranya kamu mempersoalkan kepimpinannya berarti kamu mempersoalkan kepimpinan bapaknya yang terdahulu, demi Allah, meskipun kepimpinanya dipertikaikan namun dia adalah layak untuk tugas, bapaknya yang terdahulu adalah orang kesayanganku, dan dia juga di antara orang kesayanganku setelah bapaknya yang terdahulu".

Oleh sebab itu, masyarakat pun mulai berkumpul di sekeliling Usamah yang sedang menyertai barisan tentaranya, akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai di persinggahan  Jaraf satu Farsakh jaraknya ke Madinah.

Ketika tentara Islam ada di sana, mereka menerima berita tentang Rasulullah ﷺ  jatuh sakit, berita ini telah membuat mereka ragu untuk meneruskan perjalanan ke Roma, agar mereka dapat mengetahui ketetapan Allah itu.
Dengan izin dan takdir Allah, tentara pimpinan Usamah ini merupakan pengiriman pasukan pertama kemudian, pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq.

Shallu 'alan Nabi...

-Bersambung


Support kebangkitan ekonomi umat, utamakan belanja di toko muslim dan produk muslim untuk izzul Islam wal muslim.

Sirah nabi bag 154: Khotbah Rasulullah ﷺ


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Khotbah Rasulullah ﷺ

Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Rasulullah ﷺ melihat sebuah kemah yang sudah didirikan untuk beliau. Rasulullah ﷺ pun singgah sampai matahari terbenam di ufuk barat.

Rasulullah ﷺ minta agar unta Quswa' dibawa ke tempatnya, dari situ Rasulullah ﷺ pun bergerak menuju ke Batan Wadi. Di sana sudah banyak orang berkumpul kurang lebih seratus ribu empat puluh empat orang.
Rasulullah ﷺ berdiri di depan mereka, kemudian menyampaikan khotbahnya:

"Wahai umatku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu apakah aku masih bisa menemui kalian setelah tahun ini.
Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan tanah ini.
Ketahuilah bahwa semua urusan jahiliah sudah tertanam di bawah kakiku ini, darah-darah jahiliah telah tertanam. Darah jahiliah yang pertama kali aku hapuskan adalah darah Ibn Rabiah bin Harith, kejadiannya dia ini dibunuh, ketika sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Bani Saad.
Riba jahiliah juga sudah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Mutalib, bahkan semuanya telah dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah swt demi untuk melaksanakan hak kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah ﷻ, kamu halal jima' dengan mereka dengan menyebut nama Allah ﷺ dan kaum wanita juga berkewajiban menjaga agar tidak ada seorang pun masuk ke kamarmu.
Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, kepada mereka, kamu berkewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik.
Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepadamu agar kamu tidak sesat setelah ini, berpeganglah kamu dengannya, yaitu kitab Allah ﷻ.
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan tidak ada umat lain selain kamu, ingatlah agar kamu menyembah Tuhanmu, tunaikanlah fardu sholat lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan zakat hartamu dengan ikhlas, tunaikan haji ke baitullah, dan taatilah pemerintahmu niscaya kamu masuk ke dalam syurga Rabb-mu.
Besuk kamu semua akan ditanya mengenai diriku, apa yang akan kamu katakan?"

Maka kata mereka semua:

"Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami".

Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit kemudian berkata lagi:

"Ya Allah Ya Tuhanku, saksikanlah." (sebanyak tiga kali).

Adapun orang yang berteriak (sebagaiman pengeras suara) meneruskan ucapan Rasulullah ﷺ kepada orang banyak di padang Arafah adalah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf.

Setelah selesai menyampaikan khotbah, turunlah firman Allah ﷻ :
Al-Ma'idah (المائدة) / 5:3

حُرِّمَتۡ عَلَیۡکُمُ الۡمَیۡتَۃُ وَ الدَّمُ وَ لَحۡمُ الۡخِنۡزِیۡرِ وَ مَاۤ اُہِلَّ لِغَیۡرِ اللّٰہِ بِہٖ وَ الۡمُنۡخَنِقَۃُ وَ الۡمَوۡقُوۡذَۃُ وَ الۡمُتَرَدِّیَۃُ وَ النَّطِیۡحَۃُ وَ مَاۤ اَکَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَکَّیۡتُمۡ ۟ وَ مَا ذُبِحَ عَلَی النُّصُبِ وَ اَنۡ تَسۡتَقۡسِمُوۡا بِالۡاَزۡلَامِ ؕ ذٰلِکُمۡ فِسۡقٌ ؕ اَلۡیَوۡمَ یَئِسَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ دِیۡنِکُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا ؕ فَمَنِ اضۡطُرَّ فِیۡ مَخۡمَصَۃٍ غَیۡرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثۡمٍ ۙ فَاِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ketika Umar mendengar firman Allah ﷻ itu dia kemudian menangis dan ketika ditanya, mengapa dia menangis?
Jawab dia: "Karena setelah kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".

Setelah khotbah Rasulullah ﷺ itu Bilal pun melantunkan azan dan iqamah untuk sholat dzuhur. Kemudian dia iqamah pula untuk sholat Ashar tanpa melakukan sholat lain di antara kedua-duanya.
Sesudah itu Rasulullah ﷺ  menaiki untanya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Quswa' menyentuh bongkahan batu di situ, sedang barisan pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi sejauh pandangan ke depan. Di situ Rasulullah ﷺ menghadap ke arah qiblat,
Rasulullah ﷺ kemudian berdiri sampai matahari terbenam di ufuk langit sebelah barat dan cahaya kuning berangsur-angsur hilang. Usamah pun mengendalikan unta Rasulullah ﷺ sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah menunaikan sholat Maghrib dan sholat Isya' dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa, tasbih sekali pun di antara kedua sholat itu.
Rasulullah ﷺ beristirahat, dan tidur hingga Subuh. Rasulullah pun menunaikan sholat Subuh, kemudian Rasulullah ﷺ menaiki unta Quswa' dan berjalan sampai ke kawasan Haram (masyh'ar Haram), muka Rasulullah ﷺ menghadap ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Rasulullah ﷺ berdiri di situ sampai waktu pagi.

Kemudian Rasulullah ﷺ bergerak lagi dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang unta Rasulullah ﷺ sampai ke Batan Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jumrah Kubra.

Sampai di sana ada sebuah pohon yang dikenal dengan nama Jumrah Aqabah. Kemudian Rasulullah ﷺ melontar tujuh batu sambil bertakbir di setiap lontarannya dari Batan Wadi.

Setelah itu Rasulullah ﷺ menuju ke tempat pemotongan hewan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah ﷺ berkurban, kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib tiga puluh tujuh (37) ekor unta untuk dipotong dan membagikannya, jadi jumlah semuanya ada sebanyak seratus ekor unta.

Setelah selesai penyembelihan Rasulullah ﷺ menyuruh agar mengambil sebagian daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya. Setelah masak Rasulullah ﷺ dan Ali pun memakan sedikit dari masakan daging itu dan mencicipi kuahnya.

Kemudian Rasululah ﷺ mengendarai untanya dan bergerak sampai ke Ka’bah, di sana

Rasulullah ﷺ sholat dzuhur, setelah itu mengunjungi orang-orang Bani Abdul Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada para pengunjung.
Melihat situasi itu Rasulullah ﷺ berkata:
"Ayo! Rebut Bani Abdul Muttalib, kalau tidak mengganggu orang banyak, pasti aku ikut serta merebutnya bersama-sama dengan kamu, hadirin pun mengulurkan air kepada Rasulullah ﷺ dan Rasulullah ﷺ pun meminumnya dengan senang hati.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 153: Rampasan Perang


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rampasan Perang 

Rampasan yang diperoleh kaum muslimin terdiri atas:

Enam ribu (6,000) orang tawanan,
dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta,
lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan
empat ribu (4,000) uqiyah emas.

Rasulullah memerintahkan agar rampasan perang ditempatkan di "Ja'ranah", dengan menunjuk Mas'ud bin Amru Ghaffari sebagai penjaganya, sampai selesai gerakan ghuzwah (invasinya) ke "Ta'if".

Setelah invasi ke Ta'if selesai, kemudian dilaksanakan pembagian rampasan perang, dibagikan sebagaimana dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya.


HAJJAH WADA' 
   Haji Terakhir 

Tugas dakwah Rasulullah ﷺ sudah mendekati penghujung selesai, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah syariat baru yang berasaskan pada konsep uluhiyah dan ketuhanan yang satu hanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan tidak ada tuhan selain Allah berdasarkan risalah Muhammad ﷺ telah menjadi kenyataan.

Rasulullah ﷺ seakan-akan telah mendengar panggilan dari dalam hatinya yang memberitahu bahwa persinggahan Rasulullah di dunia sudah sampai pada waktu yang telah ditetapkan.

Hal ini nampak ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Yaman sebagai Gubernur di tahun kesepuluh (10) Hijriah.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muaz:

"Wahai Muaz, sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini dan semoga kau akan melalui masjidku dan kuburku".
Muaz menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan Rasulullah ﷺ.

Dengan izin Allah, Rasulullah ﷺ berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih.
Di ujung bandar Mekah, Rasulullah ﷺ berkumpul bersama dengan para perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum-hukum Islam. Rasulullah minta persaksian mereka, bahwa dia telah menyampaikan amanah dan tugas-tugasnya, menyampaikan risalah dan bertanggungjawab menasihati seluruh umat.

Pada hari itu Rasulullah ﷺ mengdeklarasikan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji yang terakhir. Berduyun-duyun umatnya mengunjungi Madinah, mereka semua ingin menyertai dan mengikuti Rasulullah dalam ibadah hajinya.
Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Rasulullah ﷺ siap dengan kendaraannya, mempersiapkan dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan syalnya serta menyandang senjatanya.

Setelah sholat dzuhur, Rasulullah ﷺ  bergerak, sampai di Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Ashar. Di sana Rasulullah menunaikan sholat sunat dua rakaat dan bermalam.

Keesokkan harinya setelah sholat Subuh, Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada semua sahabat yang hadir:
"Tadi Malam aku telah mendapat pemberitahuan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menyabdakan: Sholatlah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan niatkanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".

Sebelum Rasulullah ﷺ menunaikan sholat dzuhur di hari itu, terlebih dahulu Rasulullah bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah.
Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga nampak berkilauan minyak kasturi di rambut dan di jenggotnya. Rasulullah ﷺ membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan sholat dzuhur dua rakaat.
Setelah selesai sholat, Rasulullah ﷺ kemudian bertahlil di tempat sholatnya untuk memulai ibadah haji dan umrah, sebagai haji qiran.
Setelah itu barulah Rasulullah ﷺ bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Quswa', di situ Rasulullah bertahlil lagi sedang untanya kemudian bergerak.

Rasulullah meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Mekah, maka Rasulullah bermalam di Tawa.
Keesokkan harinya Rasulullah memasuki Mekah setelah sholat Shubuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Selama delapan malam Rasulullah ﷺ menghabiskan waktu untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Rasulullah memasuki Masjid Haram, kemudian Rasulullah berthawaf mengelilingi Ka’bah dan melakukan Sa’i di antara Safa dan Marwah, tanpa merubah pakaian ihramnya, karena Rasulullah dalam mengerjakan haji kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya.

Kemudian Rasulullah ﷺ singgah di Hajjun tanpa mengulangi thowaf melainkan thowaf rukun haji.
Rasulullah menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan agar menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan bersa’i di antara Safa dan Marwah, kemudian mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
Tetapi para sahabat ragu-ragu untuk melakukan perintah Rasulullah itu.
Kemudian Rasulullah menegaskan: "Bila maju untuk berbuat sesuatu, aku tidak akan kembali atau menarik kembali qurbanku ini. Dan bila aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku mengganti pakaian ihramku ini. Ayo! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, pakaian ihram segera diganti ". Kemudian mereka mematuhi petunjuk Rasulullah.

Pada hari kedelapan Dzulhijjah yang dikenali juga sebagai hari Tarwiyah, Rasulullah ﷺ bergerak menuju Mina. Di Mina Rasulullah telah menunaikan  Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh.

Rasulullah berhenti di Mina beberapa saat hingga matahari naik barulah Rasulullah berjalan menuju Arafah.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung
-
Support kebangkitan ekonomi umat, utamakan belanja ke toko muslim dan produk muslim...

Sirah Nabi bag 152: Perang Mu'tah

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Ketika pasukan para sahabat akan berangkat ke medan pertempuran, maka Rasulullah ﷺ menyampaikan kalimat perpisahan.

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ انْطَلِقُوا بِاسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا وَلَا طِفْلًا وَلَا صَغِيرًا وَلَا امْرَأَةً وَلَا تَغُلُّوا وَضُمُّوا غَنَائِمَكُمْ وَأَصْلِحُوا وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Bahwa Rasūlullāh ﷺ berkata, “Pergilah dengan nama Allah, di atas agama Rasulullah, dan janganlah membunuh orang tua, anak kecil, dan wanita. Dan janganlah berkhianat (dalam pembagian ghanimah), dan kumpulkanlah rampasan perang kalian. Lakukanlah perbaikan dan berbuatlah kebaikan, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.””

Didalam riwayat lain Rasūlullāh ﷺ mengatakan, “Dan janganlah kalian melakukan mutslah (mencincang-cincang mayat).” (HR Abu Dawud no 2613 dan dinilai oleh Al-Arnauuth : Hasan lighoirihi)

Buraidah berkata :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَّرَ أَمِيرًا عَلَى جَيْشٍ، أَوْ سَرِيَّةٍ، أَوْصَاهُ فِي خَاصَّتِهِ بِتَقْوَى اللهِ، وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ خَيْرًا، ثُمَّ قَالَ: «اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا، وَلَا تَغْدِرُوا، وَلَا تَمْثُلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا

“Adalah Rasulullah ﷺ jika menunjuk seseorang sebagai panglima perang atau pasukan maka beliau mewashiatnya -secara khusus- untuk bertakwa kepada Allah dan untuk berbuat baik kepada kaum muslimin (pasukan) yang bersamanya. Kemudian beliau berkata, “Berperanglah dengan menyebut nama Allah di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, berperanglah dan janganlah berkhianat dalam urusan ghonimah (seperti mengambil ghonimah dikumpulkan dan dibagi-pen) dan jangan lah membatalakn perjanjian, serta jangan mencincang mayat, dan jangan membunuh anak-anak.” (HR Muslim no 2857)

Demikianlah Rasūlullāh ﷺ menetapkan aturan berperang dalam islam. Di dalam islam berperang bukanlah sekedar melampiaskan hawa nafsu dan melampiaskan kemarahan, namun berperang karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan diatas agama Rasūlullāh ﷺ sehingga ada aturan-aturan yang ditetapkan. Setelah para sahabat siap untuk berangkat, Rasūlullāh ﷺ kemudian mewasiatkan kepada para sahabat agar menyeru kepada kabilah-kabilah tersebut agar masuk Islam. Jika mereka masuk Islam maka mereka tidak diperangi. Demikianlah dakwah Rasūlullāh ﷺ yang lebih senang jika mereka masuk islam daripada sekedar mendapatkan ghanimah.

Setelah itu para sahabat berangkat menempuh perjalanan sekitar 1.100 km menuju ke daerah Mu’tah. Ketika mereka sampai ke daerah yang bernama مَعَان )Ma’aan( di Yordania (yaitu sebelum Mu’tah) pada bulan Jumadil Ula tahun 8-H, maka mereka dikejutkan dengan khabar bahwa jumlah musuh sangatlah banyak.

Urwah bin Az-Zubair menyebutkan bahwa Heroclius telah berkemp di al-Balqoo’ dengan 100 ribu pasukan, dan demikian juga kabilah-kabilah Arab seperti Lakhom, Judzaam, Bilqoin, Bahroom, dan Baliyy telah berkumpul sejumlah 100 ribu juga. Sehingga berkumpulah 200 ribu pasukan Romawi. Urwah berkata :

فلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الْمُسْلِمِينَ أَقَامُوا بِمَعَانَ لَيْلَتَيْنِ يَنْظُرُونَ فِي أَمْرِهِمْ، وَقَالُوا: نَكْتُبُ إِلَى رَسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخْبِرُهُ بِعَدَدِ عَدُوِّنَا، فَإِمَّا أَنْ يُمِدَّنَا بِرِجَالٍ وَإِمَّا أَنْ يَأْمُرَنَا بِأَمْرِهِ فَنَمْضِي لَهُ، فَشَجَّعَ عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ النَّاسَ، وَقَالَ: يَا قَوْمُ وَاللهِ إِنَّ الَّذِي تَكْرَهُونَ لَلَّذِي خَرَجْتُمْ لَهُ تَطْلُبُونَ الشَّهَادَةَ، وَمَا نُقَاتِلُ النَّاسَ بِعَدَدٍ، وَلَا قُوَّةٍ، وَلَا كَثْرَةٍ، إِنَّمَا نُقَاتِلُهُمْ بِهَذَا الدِّينَ الَّذِي أَكْرَمَنَا اللهُ بِهِ، فَانْطَلِقُوا فَإِنَّمَا هِيَ إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ، إِمَّا ظُهُورٌ، وَإِمَّا شَهَادَةٌ

“Tatkala khabar tentang pasukan yang begitu banyak sampai kepada para kaum muslimin (yaitu pasukan perang Mu’tah) maka merekapun tinggal di daerah Ma’aan selama dua malam, mereka mendiskusikan tentang keputusan apa yang mereka ambil. Mereka berkata, “Kita tulis surat kepada Rasulullah ﷺ, lalu kita kabarkan kepada beliau tentang jumlah musuh kita. Maka Nabi akan mengirimkan bantuan pasukan tambahan kepada kita atau beliau akan memerintahkan kita dengan suatu perintah maka kita jalankan perintah tersebut”. Maka Abdullah bin Rowaahah lalu memotivasi para pasukan, dan beliau berkata, “Wahai kaum sekalian, demi Allah sesungguhnya perkara yang kalian benci tersebut itulah yang kalian keluar mencarinya, kalian mencari mati syahid. Kita tidaklah berperang melawan musuh dengan mengandalkan jumlah, tidak juga kekuatan, dan jumlah yang banyak, akan tetapi kita memerangi mereka dengan agama ini yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Maka majulah kalian, karena sesungguhnya kita akan meraih salah satu dari dua kebaikan, menang atau mati syahid” (HR At-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabiir 14/377 no 15011, sebagaimana telah lalu penjelasan keabsahan sanadnya)1

Para sahabat bermusyawarah memikirkan tindakan apa yang harus mereka lakukan?. Jumlah mereka hanya 3.000 pasukan, berhadapan dengan 200.000 pasukan. Perbandingan antara para sahabat dengan pasukan orang-orang musyrik 1: 70, satu orang pasukan kaum muslimin harus berhadapan dengan 70 orang pasukan kaum musyrikin. Musuh yang mereka hadapi adalah tantara dari kerajaan Adidaya Romawi, yang kerajaan tersebut telah berdiri sejak ratusan tahun, sementara Negara Islam baru berdiri 8 tahun di kota Madinah.

Oleh karenanya terjadi perbedaan pendapat diantara sahabat saat mereka mengetahui jumlah musuh sangat banyak. Sebagian sahabat mengatakan kita utus seseorang untuk ke kota Madinah untuk menanyakan pendapat Rasūlullāh ﷺ. Namun pendapat ini sulit untuk dikerjakan karena untuk menempuh perjalanan 1100 km menuju kota madinah dengan kuda kurang lebih membutuhkan waktu 2 minggu, kemudian kembali lagi ke medan peperangan sehingga dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan, padahal musuh segera menyerang. Adapun Abdullah bin Rawahah Radhiyallahuta’ala ‘anhu, yang memang sejak awal ingin mati syahid maka beliau memotivasi para sahabat untuk terus maju bertempur, sehingga menjadikan para shabat semakin kokoh untuk bertempur.

Pasukan kaum kafir mencapai 200.000 orang karena didukung oleh Heraclius, raja Romawi yang telah dikirimi surat oleh Nabi ﷺ. Heraclius -yang berdasarkan iformasi yang ia peroleh dari Abu Sufyan- telah mengakui bahwasanya Muhammad adalah seorang nabi, bahkan ia telah berkata

فَإِنْ كَانَ مَا تَقُولُ حَقًّا فَسَيَمْلِكُ مَوْضِعَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ، وَقَدْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنَّهُ خَارِجٌ، لَمْ أَكُنْ أَظُنُّ أَنَّهُ مِنْكُمْ، فَلَوْ أَنِّي أَعْلَمُ أَنِّي أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ، وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ

“Jika apa yang engkau (yaitu Abu Sufyan) kabarkan (tentang Muhammad) adalah benar, maka Ia akan menguasai tempat kedua kakiku ini (yaitu menguasai singgasanaku-pen). Sungguh aku telah tahu bahwa nabi telah muncul, akan tetapi aku tidak menduga bahwa nabi tersebut berasal dari kalian (orang Arab). Seandainya jika aku tahu aku bisa sampai kepadanya, maka aku akan bersusah payah untuk bertemu dengannya. Kalau aku berada di sisinya maka aku akan mencuci kakinya.” (HR Al-Bukhari no 7)

Heraclius meyakini bahwasanya Muhammad adalah seorang nabi terakhir yang selama ini mereka tunggu-tunggu. Meskipun demikian Heraclius tetap mengirimkan pasukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk melawan pasukan nabi ﷺ. Heraclius mungkin berfikir, “Walaupun Muhammad seorang nabi namun siapa tahu ia kalah jika pasukan yang melawannya sangat banyak, mengingat banyak nabi yang telah berhasil dibunuh oleh orang-orang yahudi” Demikianlah Heraclius benar-benar lebih memilih jabatan, bahkan dia berani melawan Rasūlullāh ﷺ yang ia yakini sebagai nabi terakhir dengan mengirim pasukan dalam jumlah sangat banyak.

Para ulama membahas mengenai para sahabat yang memilih tidak mundur dari peperangan Mu’tah. Islam adalah agama yang juga memandang realita bukan agama khayalan, secara logika tidak mungkin 3.000 orang melawan 200.000 pasukan. Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ

“Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.” (Qs. Al-Anfaal : 65)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian memberikan keringanan didalam ayat 66 pada surat yang sama, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

الْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا ۚ فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Anfaal : 66)

Didalam surat Al-Anfal ayat 65 dijelaskan bahwasanya jika perbandingan pasukan kaum muslimin dengan pasukan kaum musyrikin adalah 1:10, maka kaum muslimin masih bisa memenangkan peperangan. Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian menurunkan keringanan didalam surat Al-Anfal ayat 66 dengan perbandingan 1:2, artinya 1 orang pasukan kaum muslimin melawan 2 orang pasukan orang musyrikin. Peraturan Allāh Subhānahu wa Ta’āla pada zaman sahabat, jika 1 orang muslimin melawan 10 pasukan musyrikin maka kaum muslimin tidak diperbolehkan lari dari medan pertempuran. Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian memberikan keringanan dengan ketentuan 1:2 sehingga ini menunjukan jika perbandingan pasukan menjadi 1:3 maka kaum muslimin diperbolehkan lari dari medan pertempuran. Hal ini tidak terjadi pada peperangan Mu’tah, padahal saat itu perbandingan pasukan kaum muslimin dengan kaum musyrikin 1:70 sehingga hal ini menjadi pembahasan oleh para ulama.

Sebagian ulama mengatakan, kemungkinan para sahabat tidak menduga jika jumlah pasukan musuh mencapai 200.000 orang karena mereka belum pernah melihat pasukan sebanyak itu. Kemungkinan para sahabat memperkirakan jumlah musuh 20 ribu hingga 30 ribu sehingga perbandingannya menjadi 1:10. Sebagian ulama mengatakan bahwasanya para sahabat tidak mungkin lagi untuk mundur karena mereka sudah dekat dengan musuh. Jika mereka mundur maka musuh akan mengejar mereka. Saat itu para sahabat tidak mungkin bertanya kepada Rasūlullāh ﷺ sehingga para sahabat kemudian berijtihad. Mereka berijtihad untuk maju melawan daripada mundur kemudian mati karena dikejar musuh. Mereka akan melawan semaksimal mungkin sehingga mengurangi kekalahan. Wallahu a’lam bi shawwab.

Terjadilah pertemuan antara para sahabat dengan pasukan kafir di suatu tempat yang bernama Mu’tah. Mu’tah adalah suatu tempat yang datar, tidak berbukit, padang tandus yang tidak subur. Orang-orang Romawi, meskipun mereka sering berperang namun mereka tidak biasa berperang di gurun dan padang pasir sebagaimana kaum muslimin. Oleh karenanya ini merupakan tempat yang menguntungkan kaum muslimin. Mereka berperang berhadap-hadapan, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tampak keberanian para sahabat Radhiyallahuta’ala ‘anhum karena mereka ingin mati syahid. Disisi lain orang-orang Nashara tidak mengetahui alasan mereka berperang. Mereka hanya menjalankan perintah raja mereka, Heraclius.

Bersambung..

Sirah Nabi Bag 151: PEPERANGAN HUNAIN


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Periode Ketiga

periode pertama: perjuangan dan peperangan
periode kedua: bangsa dan qabilah-qabilah arab berlomba lomba masuk islam.

Ini merupakan periode terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ﷺ yang
mempertunjukkan pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya.
Setelah melalui waktu perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan, peperangan dan pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah ﷺ tempuh.

Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai oleh kaum muslimin di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah mengubah peta dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta merubah suasana dan kebiasaan bangsa Arab itu sendiri.

Pembukaan itu merupakan garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di mana sebelumnya bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh dan penyembahan berhala di semenanjung Arab.

Periode ini dapat dibagi menjadi dua fasa:

PEPERANGAN HUNAIN 

Penaklukan kota Mekah terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang menyentak, telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi,

Akan tetapi beberapa qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku Hawazin dan Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti, qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Bani Hilal.
Mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan Islam. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri dan membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin.
Pergerakan Musuh dan Persinggahan Autas

Malik bin Auf sebagai pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum Muslimin, dia membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka.
Kemudian mereka bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berdekatan "Hunain". Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah.

Duraid bin Sammah 

Ketika Malik bin Auf turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid bin Sammah, seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki pengetahuan tentang peperangan, berani dan berpengalaman.

Tanya Duraid:
"Di lembah  kamu sekarang?"

Jawab yang hadir:
"Kita sekarang di Autas,"

maka kata dia: "Itu adalah tempat baik untuk kuda-kuda", dia berpikir bahwa "tidak ada peristiwa yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku mendengar suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak dan suara kambing"

Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama prajurit adalah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,"

kemudian dia menemui Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa.

Jawab Malik: "Aku akan menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap bersemangat untuk mempertahankan haknya".

Kata Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan tindakan seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu?
Walaupun semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah berarti kau telah berbuat sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu".

Kemudian dia bertanya kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin٣-pemimpinnya.
Dan katanya lagi: "Wahai Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai "Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayo letakkan mereka di dalam benteng-benteng negara mereka, kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan kudamu, bila kemenangan berpihak kepadamu maka orang-orangmu akan mengikuti di belakangmu, tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat".

Namun Malik bin Auf enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan menegaskan: "Demi Allah aku tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun sudah seperti anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku tusukkan pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu".
Sebenarnya Malik bin Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung namanya.

Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahanmu".

Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak mau melepas peluang untuk melihat kesudahannya".

Kemudian dia bersyair:

Seandainya aku masih muda
Di medan perang aku maju
Medan pertempuran aku bakar
Tentara aku pimpin
Air mata aku usap
Kini peperangan bagaikan binatang
Ke ruang penyembelihan dituntun

Pengintai Malik bin Auf

Beberapa orang pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan suara menggeletar.
Kata Malik bin Auf: "Apa ceritanya?"
Jawab mereka; "Kami dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah laporan kami".

Pengintai Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah ﷺ mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun berangkat.

Bersambung

26 April 2020

Sirah Nabi Bag 150: Si Nabi Palsu

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Si Nabi Palsu 

Nama boleh ditiru, sebutan mungkinlah disamakan, tapi hakikat tetaplah berbeda. Kata orang, “Anda bisa meniru segala yang Anda inginkan, tapi Anda tidak akan pernah menjadi saya”. Kiranya itulah ungkapan yang layak diberikan kepada mereka para peniru dan yang suka mengaku-ngaku.

Mengaku-ngaku dan klaim dalam materi dunia tentu sudah tidak baik dan bukanlah kebiasaan orang-orang terpuji. Bagaimana pula kiranya mengklaim dalam permasalahan menerima wahyu ilahi. Sebagaimana dilakukan oleh Musailamah al-Kadzab. Putra bani Hanifah ini mengaku sebagai Nabi.

Siapakah Musailamah?

Sejarawan berbeda pendapat tentang namanya. Ada yang mengatakan ia adalah Musailamah bin Hubaib al-Hanafi. Yang lain mengatakan Musailamah bin Tsamamah bin Katsir bin Hubaib al-Hanafi. Ada yang mengatakan kun-yahnya adalah Abu Tsamamah. Ada pula yang menyebutnya Abu Harun.

Musailamah dilahirkan di wilayah Yamamah. Di sebuah desa yang sekarang ini disebut al-Jibliyah. Dekat dengan Uyainah di lembah Hanifah wilayah Nejd.

Usia Musailamah lebih tua dan lebih panjang dibanding Rasulullah ﷺ. Ada yang menyebutkan ia terbunuh pada usia 150 tahun saat Perang Yamamah. Ia adalah seorang tokoh agama di Yamamah dan telah memiliki pengikut sebelum wahyu kerasulan datang kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan. Masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Berjumpa dengan orang-orang berbagai macam profesi di sana. Pasar yang ia kunjungi semisal pasar di wilayah al-Anbar dan Hirah

Musailamah adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat (strong personality). Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut namun menipu. Pandai menarik simpati, bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah. Namun Allah berkehendak beda. Ia dikenal dengan nama Musailamah al-Kadzab (Musailamah sang pendusta) hingga hari ini.

Saat Musailamah mengumumkan kenabiannya (nabi palsu), Rasulullah ﷺ berada di Mekah. Ia mengutus orang-orang pergi ke Mekah untuk mendengarkan Alquran. Kemudian kembali ke Yamamah untuk membacakannya kepadanya. Setelah itu ia menirunya atau memperdengarkan ulang ke hadapan orang-orang sambil mengklaim itu adalah kalamnya

Utusan Bani Hanifah Menemui Rasulullah

Di antara metode dakwah Rasulullah ﷺ adalah menulis surat kepada para penguasa dan raja-raja. Menyeru mereka untuk memeluk Islam. Seruan dakwah tersebut sampai juga kepada Haudzah bin Ali al-Hanafi. Seorang penguasa Yamamah yang beragama Nasrani. Setelah menerima surat tersebut, Haudzah mengajukan syarat agar kekuasaan diberikan kepadanya. Nabi ﷺ menolaknya. Tidak lama setelah itu Haudzah pun wafat.

Pada tahun ke-9 H, tokoh-tokoh bani Hanifah yang berjumlah beberapa belas orang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ di Madinah. Di antara mereka terdapat Musailamah. Mereka datang untuk mengumumkan keislaman kepada Rasulullah ﷺ. Dan menyepakati bahwa Nabi ﷺ adalah pemimpin.

Bani Hanifah termasuk kabilah Arab yang terbesar jumlahnya. Mereka memiliki kedudukan dan terpandang. Karena merasa layak mendapatkan kepemimpinan, mereka mengajukan permintaan kepemimpinan. Mereka ingin agar Musailamah kelak menggantikan posisi Nabi setelah beliau wafat. Nabi ﷺ menolak permintaan mereka.

Utusan bani Hanifah pun kecewa dan mulai muncul keinginan untuk keluar dari Islam. Dan Nabi ﷺ telah menangkap gelagat ini. Ketika hendak pulang ke Yamamah, mereka berkata kepada Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya kami meninggalkan salah seorang sahabat kami di perbekalan kami untuk menjaganya”.

Rasulullah ﷺ menanggapi, “Kedudukan dia (Musailamah) tidak lebih buruk daripada kedudukan kalian”. Artinya walaupun ia sebagai petugas yang menjaga perbekalan kalian, bukan berarti kedudukannya lebih rendah dari kalian. Mereka pun pulang ke Yamamah dengan membawa hadiah dari Nabi ﷺ.

Perkataan Nabi ﷺ terhadap Musailamah tersebut dijadikan sabda rekomendasi oleh Musailamah dan tokoh yang lain. Mereka klaim bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ meridhai Musailamah sebagai penggantinya. Tak lama Musailamah pun mengumumukan kenabiannya di tengah-tengah bani Hanifah. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Musailamah al-Kadzab.

Kemudian Nabi ﷺ menunjuk Nuharur Rijal bin Unfuwah untuk mengajarkan agama kepada penduduk Yamamah. Ibnu Unfuwah adalah laki-laki yang berilmu, luas pandangannya, dan cerdas. Siapa sangka, ternyata Ibnu Unfuwah malah bergabung dengan Musailamah. Kesungguhannya di hadapan Rasulullah ﷺ hanyalah riya’ semata. Ibnu Unfuwah mengakui kenabian Musailamah. Menurutnya Musailamah bersama-sama Nabi Muhammad ﷺ dalam risalah kenabian. Orang-orang bani Hanifah pun simpati kepadanya. Dan Musailamah menjadikannya orang kepercayaan

Rasulullah ﷺ Berbalas Surat dengan Musailamah

Setelah klaim kenabiannya diterima di tengah-tengah kaumnya, rasa percaya diri Musailamah kian bertambah. Semakin jauhlah kesesatannya. Ia mulai memposisikan diri sebagai seorang utusan Allah. Ia meniru Nabi Muhammad ﷺ yang berdakwah melalui surat kepada para raja dan penguasa. Saking percaya dirinya, ia mengirim surat kepada Nabi Muhammad ﷺ:

مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ: سَلَامٌ عَلَيْكَ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي قَدْ أُشْرِكْتُ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ

“Dari Musailamah seorang rasulullah kepada Muhammad seorang rasulullah.

Keselamtan atasmu, amma ba’du:

Sungguh aku sama denganmu dalam kerasulan ini. Bagi kami bagian bumi tertentu dan bagi Quraisy bagian bumi lainnya. Akan tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.”

Perhatikanlah, para penyeru kesesatan sejak dulu terbiasa menggunakan pilihan kata yang indah untuk menipu manusia. Musailamah menyebut Nabi Muhammad sebagai orang yang melampaui batas. Karena ingin menguasai seluruh jazirah Arab. Sementara ia mengisyaratkan bahwa dirinya adalah orang yang bijak karena ingin berbagi.

Demikian juga para penyeru kesesatan di zaman ini, mereka menggunakan bahasa yang indah untuk memikat hati. Mereka sebut ajaran mereka mencerahkan sementara berpegang kepada Alquran dan sunnah adalah kejumudan dan kaku. Mereka sebut ajaran mereka toleran. Sementara yang lainnya adalah radikal.

Rasulullah ﷺ tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Beliau tidak ingin keraguan dan kerancuan ini tersebar. Beliau ﷺ pun membalas surat Musailamah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ: السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ للَّه يُورَثُهَا مَنْ يُشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Musailamah sang pendusta.

Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk, amma ba’du:

Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Setelah membaca surat itu, Musailamah memutilasi sahabat Nabi, Hubaib bin Zaid radhiallahu ‘anhu, yang Nabi tugaskan untuk mengantarkan surat kepada Musailamah al-Kadzab. Peristiwa ini terjadi di akhir tahun ke-10 H.

Fanatik Suku, Sajak Pun Disangka Wahyu

Musailamah mulai menjadikan Yamamah sebagai tanah haram. Ia juga mulai menyusun sajak yang ia sebut sebagai Alquran. Al-Mutasyammas bin Muawiyah, paman dari al-Ahnaf bin Qais, pernah mendengar sajak-sajak Alquran palsu yang dibacakan oleh Musailamah. Setelah keluar dari majelis Musailamah ia berkomentar, “Sungguh ia seorang pendusta”. Al-Ahnaf juga mengomentari, “Dia bukanlah nabi yang sebenarnya. Bukan pula seorang yang pintar dalam berpura-pura menjadi nabi”.

Orang-orang Yamamah yang mengikuti Musailamah begitu fanatik dengan dakwah kenabiannya. Mereka bangga orang-orang dari keluarga Rabiah bersaing dengan keluarga Mudhar. Yakni keturunan Rabiah juga punya nabi sebagaimana keturunan Mudhar punya nabi, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Pengakuan kenabian terhadap Musailamah sangat dipengaruhi fanatisme kabilah dan suku.

Suatu hari Thalhah an-Namiri datang ke Yamamah untuk bertemu Musailamah. Ia ingin mendengar langsung dakwahnya dan menguji kenabian pembuat wahyu palsu ini. Ketika sampai di majelis Musailamah, Thalhah menyebut nama Musailamah langsung. Kaum Musailamah menjawab, “Sebut dia rasulullah!”. “Tidak mau, sampai aku melihatnya dulu”, kata Thalhah.

Ketika Musailamah datang, Thalhah berkata, “Engkau Musailamah?” “Iya”, jawab nabi palsu si tukang tipu. “Siapa yang datang kepadamu?” Tanya Thalhah. Musailamah menjawab, “Rahman (Allah pen.)”. “Dalam keadaan bercahaya atau dalam kegelapan?”, selidik Thalhah. “Dalam kegelapan”, jawab Musailamah.

Thalhah berkata, “Sungguh aku bersaksi engkau adalah pendusta. Dan Muhammad adalah yang benar. Akan tetapi pendusta dari Rabiah lebih kami cintai dibanding orang yang jujur dari Mudhar”.

Untuk menguatkan posisinya, Musailamah menikahi seorang perempuan dari bani Tamim. Kabilah besar lainnya di masyarakat Arab. Perempuan itu adalah Sajah binti al-Harits bin Suwaid at-Tamimiyah. Wanita ini memiliki kesamaan degnan Musailamah, sama-sama mengaku nabi. Ia mengajak kaumnya bani Tamim dan paman-pamannya dari kabilah Taghlib dan kabilah-kabilah Rabi’ah lainnya. Bersatulah kelompok besar ini dalam fanatisme kesukuan mengklaim sebuah kedustaan. Kemudian mereka menantang kekhalifahan Abu Bakar di Madinah.

Bersambung.-

Sirah Nabi Bag 149: Hari pertama pembukaan Mekah


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Hari pertama pembukaan Mekah

Penghalalan darah beberapa penjahat
Rasulullah ﷺ menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka ialah:
~ Abd al-Uzza bin Khatal,
~ Abdullah Ibni Abi Surah,
~ Ikrimah bin Abi Jahal,
~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab,
~ Muqis bin Sababah,
~ Habbar bin Aswad,
~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah ﷺ melalui nyanyian mereka, dan
~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.

Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah ﷺ, dia menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah ﷺ, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya, sebelumnya Rasulullah ﷺ menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.

Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah ﷺ pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan memeluk Islam.

Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah ﷺ, maka  Rasulullah ﷺ berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.

Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah.

Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ﷺ ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.

Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ﷺ ketika akan berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik.

Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam.

Kata ibnu Hajar:
Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.

Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah ﷺ.

Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.

Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam
Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah ﷺ oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah ﷺ pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah ﷺ memberikan surbannya yang dipakai.

Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah ﷺ untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah ﷺ telah menjawab dengan sabdanya:
"Aku beri empat bulan".
Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah ﷺ telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu.

Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ﷺ ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi ketika Rasulullah ﷺ berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga  dia memeluk Islam.

Bersambung

Sirah Nabi Bag 148: Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah

Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ.
Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka.
Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda:
"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji.
Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung.
Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah.
Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
{Al-Hujurat (الحجرات) / 49:13}
Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:
"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?"
Jawab mereka:
"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".
Maka jawab Rasulullah:
"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya:
Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."


Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya
Setelah semuanya itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau".
(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas)
Rasulullah bersabda:
"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata:
"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".
Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya:
"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".


Bilal berazan di atas Ka'bah

Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah.
Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur
Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci
kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada
orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah.
Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah:
"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani.

Shallu 'alan Nabi...

Bersambung.

Sirah Nabi Bag 147: Masjid Dhirar


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Masjid Dhirar

Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.

Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.

Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.

Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat.

Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah  ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.

Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."

Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.

Maka begitu tiba di Madinah beliau ﷺ memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.

Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.


Ibrahim Wafat

Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.

Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.

Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.

Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau ﷺ menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."

Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini."

Beliau ﷺ diam sejenak kemudian bersabda lagi,

"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim."

Beliau ﷺ memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau ﷺ meminta keduanya lebih tenang dan berkata,

"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "

Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda,

"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat."

Bersambung