03 Agustus 2016

Keistimewaan (Fadhîlah) Istighfâr

Istighfâr berasal dari kata Istaghfara sedangkan asal katanya ialah Ghafara yang artinya dari segi bahasa : Satara “Menutupi” atau Ashlaha "memperbaiki”. Jadi, Ghafarallâhu-lahû artinya : “Allâh menutupinya Istaghfarallâha artinya “Minta kepada Allâh agar ditutupi dan diperbaiki” dari semua kesalahan yang pernah dilakukan. Atau dalam bahasa kita disebut “minta ampun kepada Allâh”.

Al-Ustadz Al-Bahîl-Haulî mengatakan bahwa Istighfâr merupakan kunci pembuka rezeki langit baik yang berupa spiritual maupun material. Hal ini berdasarkan firman Allâh dalam surah Nuh (71) : 10, 11 dan 12 :

Maka aku (Nuh) berkata (kepada mereka) : ”Beristighfârlah kalian kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan akan memperbanyak harta dan anak-anak kalian. Dan Dia akan jadikan buat kalian kebun-kebun dan Dia jadikan (pula) untuk kalian sungai-sungai´.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan supaya memperbanyak Istighfâr.

Dalam sebuah hadits Rasûlullâh saw. bersabda :

“Barang siapa yang biasa membaca Istighfâr, maka Allâh akan menjadikan jalan keluar baginya dari segala kesempitan, dan kesenangan dalam segala kesusahan serta memberinya rezeki dari arah yang tidak ia duga”.
(H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Di dalam hadits yang lain Rasûlullâh saw. bersabda :

“Keberuntungan bagi orang yang mendapati dalam kitab catatan ‘amalnya -- di hari kiamat – Istighfâr yang banyak”.
( H.R. Ibnu Majah dengan sanad yang jayyid)

Dalam hadits yang lain Rasûlullâh saw. sebutkan jumlah Istighfâr yang biasa beliau baca dalam satu hari; Beliau saw. bersabda :

“Demi Allâh, sesungguhnya aku niscaya beristighfâr kepada Allâh dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 70x dalam satu hari”.
(H.R. Bukhârî)

Dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata :

“Kami pernah menghitung – Istighfâr – Rasûlullâh saw. dalam satu kali duduk 100x, beliau membaca : “Rabbighfir-lî wa tub ‘alayya, innaka Antat-Tawwâbur-Rahîm”.
(H.R. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Tirmidzi berkata : Hadits Hasan Shahîh).

Terjemahannya :
“Wahai Rabb-ku, ampunilah aku. Dan terimalah taubat-ku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

Dalam hadits yang lain lagi Rasûlullâh saw. bersabda :

Barang siapa yang membaca : “Astaghfirullâhal-ladzî lâ ilâha illâ Huwal-Hayyul-Qayyûm wa atûbu ilaihi”. Maka akan diampuni segala dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari perang (desersi).
(H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud, dan Hakim berkata : Hadits ini shahîh menurut syarat Bukhârî dan Muslim).

Terjemahannya :
“Aku minta ampun kepada Allâh, Yang Tidak ada Sesembahan kecuali Dia, Yang Hidup dan Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya”.

Anjuran Untuk Berdo’a dan Istighfâr Di waktu Sepertiga Malam Yang Akhir

Rasûlullâh saw. pernah bersabda :

“Rabb kita turun ke langit dunia pada tiap-tiap sepertiga malam yang terakhir, maka Dia berfirman : “Siapa yang berdo’a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, siapa yang minta kepada-Ku maka akan aku berikan, siapa yang minta ampun (istighfâr) kepada-Ku maka akan Aku ampuni baginya”.
(H.R. Bukhârî dan Muslim)

Dan Al-Qur-’ân menyatakan bahwa beristighfâr waktu sahur atau sepertiga malam yang akhir merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertaqwa :

“Dan orang-orang yang bersabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menginfaq-kan hartanya di jalan Allâh dan yang memohon ampun (istighfâr) di waktu sahur”. (Surah Ali ‘Imran (3) : 17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar