Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa setiap muslim yang melaksanakan shalat hendaknya tahu bahwa ia berhadapan langsung dengan Allâh Yang Maha Mulia dan Maha Agung; dan akan bercakap-cakap dengan-Nya, Yaitu pada waktu ia membaca Al-Fâtihah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsî, yaitu firman Allâh Yang Maha Tinggi -- secara langsung kepada Nabi saw. -- :
"Aku membagi shalat menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku -- mendapat -- apa yang ia minta".
Maka ketika hamba itu berkata : (Al-Hamdulillâhi Rabbil-'Âlamîn) : "Segala puji bagi Rabb seluruh alam". Maka Allâh pun menjawab : (Hamidanî 'abdî) : "Hamba-Ku telah memuji Aku".
Maka ketika hamba itu berkata : (Ar-Rahmânir-Rahîm) : "Yang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang". Maka Allâh Yang Maha Tinggi menjawab : (Atsnâ 'alayya 'abdî): "Hamba-Ku telah menyanjung-Ku".
Maka ketika hamba itu berkata : (Mâliki Yaumid-Dîn) : "Yang merajai hari pembalasan". Maka Allâh menjawab : (Majjadanî 'abdî): "Hamba-Ku telah mengagungkan Aku".
Maka ketika hamba itu berkata : (Iyyâ-Ka na'budu Wa Iyyâ-Ka nasta'în) : "Hanya kepada-Mu kami ber'ibadah dan hanya kepada-Mu kami minta pertolongan". Maka Allâh menjawab : (Hâdzâ bainî wa baina 'abdî): "Ini -- ucapan -- yang membagi antara bagian-Ku dan antara bagian hamba-Ku; dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta".
Maka ketika hamba itu berkata : (Ihdinâsh-Shirâthal-Mustaqîm. Shirâthal-Ladzîna An'amta 'alaihim. Ghairil-Maghdhûbi 'alaihim Wa ladh-Dhâllîn) : "Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat".
Maka Allâh menjawab : (Hâdzâ li'abdî Wa li'abdî Mâ Sa-ala) : "Ini -- permintaan -- merupakan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta".
(H.R. Ahmad dan Muslim dari Abû Hurairah. Lihat Al-Fathul-Kabîr jilid IV hal. 118 no. 4202)
Al-Imâm Ibnul-Qayyim (rahimahullâh) telah memberikan petunjuk yang jelas sekali tentang tata cara atau adab membaca surah Al-Fâtihah di dalam shalat; beliau berkata: Ketika seorang berkata :
"Aku berlindung kepada Allâh dari syaithân yang terkutuk".
Maka sesungguhnya ia telah menempatkan dirinya pada sandaran yang amat kuat -- yaitu Allâh SWT. --, dan berpegang dengan daya dan kekuatan-Nya dari -- serangan -- musuhnya yang ingin memutus hubungannya dengan Rabb-nya serta menjauhkannya dari dekat-Nya, agar ia berada dalam keadaan yang buruk.
Dan ketika ia berkata :
(Al-Hamdulillâhi Rabbil-'Âlamîn) : "Segala puji bagi Rabb seluruh alam".
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu :
(Hamidanî 'abdî) : "Hamba-Ku telah memuji Aku".
Dan ketika ia berkata :
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu :
(Hamidanî 'abdî) : "Hamba-Ku telah memuji Aku".
Dan ketika ia berkata :
(Ar-Rahmânir-Rahîm) : "Yang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang".
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu : (Atsnâ 'alayya 'abdî): "Hamba-Ku telah menyanjung-Ku".
Dan ketika ia berkata :
(Mâliki Yaumid-Dîn) : "Yang merajai hari pembalasan".
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu : (Majjadanî 'abdî): "Hamba-Ku telah mengagungkan Aku".
Maka, alangkah lezat perasaan hatinya, sejuk pandangannya dan gembira jiwanya karena jawaban Rabb-nya sebanyak tiga-kali kepadanya. Demi Allâh, seandainya hati itu tidak ditutup oleh kabut syahwat dan mendungnya jiwa, niscaya ia akan terbang karena perasaan gembira dan senang terhadap jawaban Rabb-nya, Pencipta-nya dan Sembahan-nya :
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu : (Atsnâ 'alayya 'abdî): "Hamba-Ku telah menyanjung-Ku".
Dan ketika ia berkata :
(Mâliki Yaumid-Dîn) : "Yang merajai hari pembalasan".
Hendaklah ia diam sejenak, menantikan jawaban Rabb-nya kepadanya, yaitu : (Majjadanî 'abdî): "Hamba-Ku telah mengagungkan Aku".
Maka, alangkah lezat perasaan hatinya, sejuk pandangannya dan gembira jiwanya karena jawaban Rabb-nya sebanyak tiga-kali kepadanya. Demi Allâh, seandainya hati itu tidak ditutup oleh kabut syahwat dan mendungnya jiwa, niscaya ia akan terbang karena perasaan gembira dan senang terhadap jawaban Rabb-nya, Pencipta-nya dan Sembahan-nya :
Hamidanî 'abdî, Atsnâ 'alayya 'abdî, Majjadanî 'abdî
(Lihat "Kitâbush-Shalâh Wa Hukmu Târikiha" oleh Al-Imâm Ibnul-Qayyim hal. 172-173)
Berkata Al-Ustadz Muhammad 'Al Ash-Shâbûnî :
"Wahai saudara-ku sesama Islâm, tetapkan dan mantapkanlah bacaan-mu terhadap Kitâbullâh, dan tadabbur (renungkan)lah ia dengan penuh perhatian. Dan bersungguh-sungguhlah membacanya, baik di dalam shalat maupun di luar shalat dengan sikap tenang, tidak terburu-buru, khusyu' dan merendah diri. Dan hendaklah engkau berhenti di tiap ujung ayat. Dan penuhilah tata tertibnya, daripada tajwid dengan tanpa memberat-beratkan dalam melagukannya, atau sibuk dalam melafazhkannya tanpa merenungkan maknanya. Karena tadabbur yang sungguh-sungguh akan membantu-mu memahaminya (Al-Qur-ân)".
(Lihat "Kitâbush-Shalâh Wa Hukmu Târikiha" oleh Al-Imâm Ibnul-Qayyim hal. 172-173)
Berkata Al-Ustadz Muhammad 'Al Ash-Shâbûnî :
"Wahai saudara-ku sesama Islâm, tetapkan dan mantapkanlah bacaan-mu terhadap Kitâbullâh, dan tadabbur (renungkan)lah ia dengan penuh perhatian. Dan bersungguh-sungguhlah membacanya, baik di dalam shalat maupun di luar shalat dengan sikap tenang, tidak terburu-buru, khusyu' dan merendah diri. Dan hendaklah engkau berhenti di tiap ujung ayat. Dan penuhilah tata tertibnya, daripada tajwid dengan tanpa memberat-beratkan dalam melagukannya, atau sibuk dalam melafazhkannya tanpa merenungkan maknanya. Karena tadabbur yang sungguh-sungguh akan membantu-mu memahaminya (Al-Qur-ân)".
thx informasinya min izin share ya.. :D
BalasHapusSilakan..
Hapus