09 Oktober 2017

Catatan taklim Tentang penulisan Taqdir


 Penulisan taqdir ada beberapa tahap:
1. 50.000 tahun seblm Allâh menciptakan langit dan bumi (HR Muslim)

2. Ketika manusia masih berada di alam  ruh (HR Mâlik dan Abû Dâwûd, dan Al-Hâkim berkata hadits ini sesuai dgn syarat Muslim)

3. Ketika manusia masih berupa mani di tulang shulbi ayahnya.
(HR Muslim)

4. Ketika manusia berusia 40 atau 45 hari di kandungan ibunya (HR Muslim)

5. Ketika manusia sdh berbentuk segumpal daging (sebagai mani 40 selama hari, lalu jadi segumpal darah, 40 selama 40 hari, dan jadi segumpal daging selama 40 hari juga, yaitu berusia 120 hari) (HR Muttafaqun 'alaih).

6. Penulisan taqdir tahunan (setahun sekali) pada Malam Qadar (Lailatul-Qadar). (Surah Al-Qadar ayat 4)

7. Penulisan taqdir harian (setiap hari). (Surah Ar-Rahmân ayat 29).

Jadi, taqdir adalah ketetapan yg tertulis berdasarkam ilmu Allâh. Semua sdh tercatat di 7 tahapan tsb. Jadi tdk ada suatu peristiwa yg terjadi tanpa pengetahuan (ilmu) Allâh, itulah makna taqdir.
Namun para 'ulama membagi taqdir menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Qadar
2. Qadhâ'.

Qadar adalah lingkaran taqdir yg berada di bawah kehendak manusia, spt beriman atau kafir (surah Al-Kahfi ayat 29), kaya atau miskin juga berada di bawah kehendak manusia. Hanya saja Allâh sdh tahu seseorg akan memilih beriman atau kafir, tapi pengetahuan Allâh thd pilihan manusia tdk bersifat memaksa.

Qadhâ' adalah lingkaran taqdir yg mengusai manusia, seperti siapa yg menjadi org tua manusia,  kebangsaan dan kesukuannya, itu merupakan pilihan Allâh, bukan pilihan manusia. Demikian juga mushibah spt kecelakaan, bencana alam dan semua peristiwa yg terjadi di luar kehendak dan kekuasaan manusia. Itulah makna Qadhâ'. Dan Qadhâ' hanya bisa dirobah dgn do'a, sebagaimana sabda Nabi saw:
Wa Lâ Yaruddul-Qadhâ-a Illâd-Du'â' (Dan tdk ada yg bisa merobah Qadhâ' kecuali do'a).

Bunuh diri adalah Qadar, artinya berada pada wilayah kehendak manusia, sama spt beriman atau kufur.
Mengucapkan insyâ Allâh adalah perintah Allâh, tdk ada hubungannya dgn keberhasilan sebuah rencana. Sama spt perintah shalat, banyak org yg tdk shalat tapi berhasil sukses kehidupan dunianya.

Sabar bukan sukap pasif dan lemah. Tapi sabar menurut terminologi syari'at ialah: sabar melaksanakan perintah Allâh termasuk ber-sungguh2 dlm semua urusan yg Allâh perintahkan, kemudian sabar dlm meninggalkan larangan Allâh, dan terakhir sabar dlm ujian Allâh.
Demikian semoga bisa dipahami.

1 komentar:

  1. Alhamdulillaah dapat catatan lengkap dari mas Sudi Wahana. Ditunggu update catatan ta'lim yg lainnya. Jazaakallaah khoiron katsiiron🙏🙏😀

    BalasHapus