31 Agustus 2010

7 Syarat puasa mencapai Taqwa : lanjutan Marhaban ya Ramadhan

Keistimewaan ketiga bagi org yg bertaqwa disebutkan pd ujung ayat ke4 (surah yg sama):"Wa Man Yattaqillaha Yaj'al Lahu Min Amrihi Yusra";artinya:"Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd Allah,niscaya Allah akan menjadikan kemudahan baginya dlm urusannya". Dan keistimewaan yg keempat dan kelima ada pada ujung ayat yg ke5;yaitu:.
"Wa Man Yattaqillaha Yukaffir 'Anhu Sayyi-atihi Wa Yu'zhim Lahu Ajra";artinya:"Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd Allah, niscaya Dia akan menghapus ke-salahan2nya dan akan melipat gandakan ganjaran baginya".

Inilah 5 (lima) keistimewaan yg dijanjikan Allah bagi org yg bertaqwa:
(1) Diberikan jalan keluar dari semua kesulitan.
(2) Diberi rezeki dari arah yg tiada di-sangka2
(3) Diberi kemudahan dlm setiap urusan
(4) Dihapus semua kesalahan
(5) Diberi balasan yg berlipat-ganda.
Inilah janji Allah kpd org yg bertaqwa; dgn pengertian Taqwa yg sebenarnya. Dan inilah target dari ibadah Shaum yg sesungguhnya: La'allakum Tattaqun (agar kalian --menjadi org yg-- bertaqwa).

Ada 7 (tujuh) syarat yg harus dipenuhi agar ibadah Shaum (Puasa) mencapai hasil yg diinginkan, yaitu: Taqwa.
Syarat pertama: Melaksanakan Shaum karena iman kpd Allah dan benar2 ingin mencari hasilnya;sebagaimana sabda Nabi saw: "Man Shama Ramadhana Imanan Wah-tisaban Ghufira Lahu Ma Taqaddama Min Dzanbihi";artinya:
"Siapa-saja yg berpuasa dibln Ramadhan karena iman kpd Allah dan karena mencari hasilnya, maka diampunilah dosanya yg terdahulu". Yg dimaksud karena iman ialah: karena keyakinan akan wajibnya Shaum. Jadi, ia melaksanakan Shaum karena keyakinan bhw itu adalah kewajiban yg harus ia lakukan. Dan yg dimaksud mencari hasilnya ialah: hasil atau target Shaum yaitu Taqwa.

Syarat kedua: Meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, Nabi saw bersabda: "Man Lam Yada' Qaulaz-Zur Wal-'Amala bihi, Fala Hajata Lillahi Fi Ma An-Yada'a Tha'amahu Wa Syarabahu";artinya:"Siapa-saja yg tdk meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tdk mau --menerima puasanya yg hanya-- meninggalkan makan dan minumnya (saja)". Hadits ini juga menunjukkan bahwa puasa (Shaum) bukan sekedar meninggalkan (menahan) makan dan minum;sebagaimana sabda Nabi saw:"Laisash-Shiyamu Minal-Akli Wasy-Syarab";artinya: "Puasa (Shaum) itu bukanlah sekedar menahan makan dan minum". Pada syarat yg kedua ini jelas sekali dinyatakan bahwa Shaum itu ialah menahan diri dari ucapan dan perbuatan dusta.

Syarat ketiga: "Tdk mengghibah". Ghibah artinya: membicarakan keburukan org lain. Nabi saw bersabda:"As-Shiyamu Junnatun Ma Lam Yahruqha Bil-Ghibah",artinya: "Puasa itu adalah perisai selama ia tdk merusaknya dgn ghibah". Hadits ini menyatakan bhw puasa adalah perisai yg melindungi dari berbagai serangan. Namun, bila seorg yg berpuasa melakukan ghibah, maka rusaklah perisainya alias rusaklah puasanya.

Ibnul-Atsir mengatakan bhw yg dimaksud dgn:"Puasa adalah perisai";ialah "perisai" yg melindungi seseorg dari serangan syahwat; yaitu keinginan yg ber-lebih2an atau obsesi terhadap dunia dan ini sangat berbahaya. Namun, perisai atau puasa itu bisa rusak jika org yg bersangkutan melakukan ghibah, ngerumpi dsb. Hadits ini pun sangat relevan dgn makna puasa yg hakiki, yaitu: "Mengontrol ucapan dan perbuatan".

Syarat keempat: "Menahan mulut dari kata2 kotor (cabul), berbuat jahil dan bertengkar. Nabi saw bersabda: "Ash-Shiyamu Junnatun Fala Yarfuts, Wa La Yajhal, Wa Inim-ru-un Qatalahu Aw Syatamahu Fal-yaqul Inni Sha-imun.";artinya: "Puasa itu perisai, maka jangan mengucapkan perkataan kotor dan jangan berbuat jahil.Jika ada org lain yg menyerangnya atau memakinya, jawablah: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa".

Yg dimaksud "berbuat jahil" dlm hadits ini menurut para 'ulama ialah: Ber-teriak2 dan bersikap kasar; yaitu: perbuatan org yg tdk berpendidikan. Bahkan, jika ada org lain yg menyerang atau me-maki2nya dgn kata2 yg memancing emosi, hendaklah ia jangan terpancing, katakan saja pada orang itu kalau ia sedang berpuasa.

(bersambung...)

Marhaban ya Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan. Arti Ramadhan dari segi bahasa adalah "Syiddatul-Harr" (Yang Sangat Panas/Membakar); para 'ulama mengatakan: "Li Annahu Tuhraqu Fihidz-Dzubnubu";artinya: "Karena di dalamnya (Ramadhan) semua dosa-dosa dibakar (dimusnahkan)".

Disebutkan dalam hadits bahwa setiap akhir bulan Sya'ban Nabi saw selalu berkhutbah mengingatkan para sahabatnya, sabda Beliau: "Ya Ayyuhan-Nas,Qad Azhallakum Syahrun 'Azhimun Mubarakun": artinya: "Wahai manusia, sungguh kalian segera akan dinaungi oleh bulan yang teramat mulia dan penuh dengan berkah (yaitu Ramadhan)".

Ada 4 (empat) hal yang menjadi pokok keberkahan Ramadhan; sabda Nabi "Idza Dakhala Ramadhanu Futihat Abwabus-Sama-i Wa Ghulliqat Abwabu Jahannama Wa Sulsilatisy-Syathin Wa Futtihat Abwabul-Jannati". Artinya: "Ketika Ramadhan telah masuk, maka pintu-pintu langit pun dibuka; dan pintu-pintu Neraka Jahannam ditutup; dan setan-setan diikat (dirantai) dan pintu-pintu Sorga dibuka" (H.R. Al-Bukhari).

Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Quran dan Allah SWT telah menetapkan keawajiban shaum bagi orang-orang mu'min dalam bulan yang penuh berkah ini; firman-Nya: Ya Ayyuhal-Ladzina Amanu Kutiba 'Alaikumush-Shiyamu Kama Kutiba 'Alal-Ladzina Min Qablikum La'allakum Tattaqun"; :"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian utk shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian --menjadi orang2 yang.-- bertaqwa". (Al-Baqarah (2):183).

Ada 3 hal yang harus diperhatian dari ayat ini; (1) Nida atau panggilannya; "Wahai orang2 yang beriman". Al-Ustadz Sa'ad Shadiq Muhammad mengatakan: "Innaman-Nida-u Bi Washfil-Iman Innama Yukhashshu Lil-Mu'minina Wahdahum"; artinya: Sesungguhnya seruan (pangilan) dengan menyebut iman –seperti ini-- hanyalah dikhususkan bagi orang2 mu'min saja".

Lalu beliau berkata lagi: "Li annal-Imana Asasul-Khairi Wa Manba'ul-Fadha-ili"; artinya; "Karena iman --kepada Allah-- merupakan asas (dasar) bagi seluruh kebaikan dan juga sumber dari seluruh keistimewaan". Jadi, iman kpd Allah merupakan pemicu bagi semua potensi kebaikan dan keistimewaan. Inilah makna yg dikandung dari seruan: Ya Ayyuhal-Ladzina Amanu (Wahai org2 yg beriman).

Dan hal ke-2 dari ayat ini adalah isi panggilan (Nida'): Kutiba 'Alaikumush-Shiyam (Diwajibkan atas kalian utk shiyam/berpuasa). Makna Shiyam (Shaum) dari sisi etymologi adalah "Al-Imsaku 'Anil Fi'li dan Tarkul-Kalami"; artinya: Menahan perbuatan dan meninggalkan pembicaraan; atau dalam istilah kita: "Mengontrol perbuatan dan omongan". Makna shaum secara etymologi sangat sesuai dgn sabda Nabi saw: "Laisash-Shiyamu Minal-Akli Wasy-Syarabi,Innamash-Shiyamu Minal-Laghwi War-Rafatsi"; artinya: Shiyam (Puasa) itu bukanlah --sekedar menahan-- makan dan minum; tetapi Shiyam adalah menahan --diri-- dari perbuatan (kelakuan) yg sia2 dan ucapan yg kotor (H.R. Al-Hakim & Al-Baihaqi). Inilah makna hakiki dari Shiyam yg sangat sesuai dgn maknanya secara etymologi.

Dari makna yg hakiki inilah para ulama membagi Shiyam --pada tatanan aplikasinya menjadi 3 (tiga) tingkatan.

Tingkat pertama: Shaumul-'Awaam;artinya: Shaumnya org. awam; yg. pelaksanaan Shaumnya hanya dilandasi oleh pengertian sekedar menahan makan dan minum. Artinya, mrk. memahami makna Shaum adalah (cukup) sekedar menahan lapar dan haus. Sebuah pemahaman yg amat dangkal sekali.

Al-Ghazali mengatakan inilah Shaum yg tdk memberikan hasil, tdk ada peningkatan iman dan taqwa bagi pelakunya, sebagaimana sabda Nabi saw.:"Kam Min Sha-im, Wa Laisa Lahu Illal-'Athasy Wal-Ju'":artinya:"Banyak org yg melakukan Shaum, tapi tdk ada hasil apa2 kecuali --hanya-- haus dan lapar saja". Inilah Shaumul-'Awwam.

Puasa tingkat kedua: Shaumul-Khawash; artinya: Puasanya org2 yg istimewa, yaitu puasa yg dilaksanakan dgn pengertian menahan diri dari makan dan minum, dan dibarengi dgn melakukan kontrol yg ketat terhadap omongan dan kelakuan agar tdk terjerumus kpd omongan dan kelakuan yg diharamkan oleh agama (insya Allah akan kita bahas). Puasa pada tingkatan inilah yang dapat mencapai target, yaitu: TAQWA.

Puasa tingkat ketiga: Shaumul-Khawashil-Khawash;artinya: Puasanya org yg sangat2 istimewa, yaitu puasa yg tdk terbatas pada menahan lapar dan haus serta melakukan kontrol ketat terhadap omongan dan kelakuan, tapi masih ditambah lagi dgn menahan hati utk tetap berdzikir kpd Allah, tdk memberi ruang bagi masalah2 duniawi. Inilah puncak tertinggi dalam pelaksanaan Shaum.

Sekarang kita memasuki sisi ke 3 dari ayat 183 surah Al-Baqarah yg berbunyi: "La'allakum Tattaqun";artinya:"Agar kalian bertaqwa". Inilah tujuan luarbiasa dari ibadah Shaum. Makna Taqwa secara umum ialah: "Makhafatullahi Wal-'Amali Bitha'atih"; artinya:"Rasa takut kpd Allah dan melaksanakan keta'atan kpd-Nya". Bangkitnya rasa takut kpd Allah berarti hilangnya rasa takut kpd selain Allah.

Keta'atan kpd Allah berarti sikap loyal sepenuhnya hanya kpd Allah, tdk kpd selain Allah. Inilah makna Taqwa secara umum, dan ini yg menjadi tujuan Shaum. Namun, masih adalagi makna Taqwa yg lebih mendalam dari ini, disebutkan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya;dinuqil dari dialog antara Umar bin Khaththab dgn Ubay bin Ka'ab. Disebutkan di situ bahwa Umar bertanya kpd Ubay: Apakah Taqwa itu?

Maka Ubay balik bertanya kpd Umar: "Ama Salaqta Thariqan Dza Syauqin?";artinya: "Apakah Anda pernah melalui sebuah jalan yg penuh duri?". Jawab Umar: "Pernah". Lalu Ubay bertanya lagi: "Fama 'Amilta?";artinya: "Apa yg Anda lakukan saat itu?". Jawab Umar: "Syammartu Waj-Tahadtu";artinya:"Aku akan ber-siap2 (membuat rencana) dan aku akan berijtihad (ber-sungguh2)".

Maka dgn tegas Ubay berkata: "Fadzakat-Taqwa"; artinya:"Nah, itulah makna Taqwa!!". (Ibnu Katsir juz I hal.40). Subhanallah; inilah makna Taqwa menurut para shabat Rasulullah saw.;yaitu: Syammartu (selalu bersiap); selalu bertindak dgn rencana yg matang dan Ijtihad; yaitu: selalu menggunakan pikiran dgn serius.

Jadi, kalau kita gabungkan semua pengertian Taqwa tsb, maka makna Taqwa ialah: Rasa takut hanya kpd Allah, bersikap taat, tunduk dan loyal hanya kpd Allah; selalu membuat perencanaan sebelum bertindak dan selalu menggunakan pikiran (cerdas) dalam bertindak. Alangkah jauh pengertian Taqwa yg kita pahami selama ini, dgn pengertian Taqwa menurut para shahabat Rasulullah saw. Inilah sasaran ibadah Shaum!

Jadi, wajarlah jika Allah SWT menjanjikan sejumlah keistimewaan bagi org yg bertaqwa dgn makna taqwa yg sesungguhnya. Keistimewaan pertama ada pada ujung ayat ke2 surah Ath-Thalaq (65): "Wa Man Yattaqillaha Yaj'al Lahu Makhrajan";artinya: "Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd Allah, maka Dia jadikan jalan keluar baginya".

Al-Maraghi mengatakan: Ayat ini menegaskan tentang keistimewaan Taqwa di dunia dan di akhirat, bahwa Taqwa akan memberikan jalan keluar dari kesempitan dunia dan kesempitan akhirat (Tafsir Al-Maraghi juz 10 hal.122). Adapun keistimewaan yg kedua disebutkan Allah pada awal ayat yg ke3 (surah yg sama): "Wa Yarzuqhu Min Haitsu La Yahtasibu";artinya: Dan Dia (Allah) akan memberinya rezeki yg tdk di-sangka2". (..bersambung…)